New York: Meningkatnya ancaman terorisme di dunia membuat semua lapisan untuk mengatur ulang strategi perlawanan. Pelibatan masyarkat dan pemerintah menjadi salah satu langkah yang baik.
"Ancaman terorisme terus menguat dan merambah ke dunia maya. Kita perlu mengatur ulang strategi penanggulangan terorisme untuk atasi ancaman saat ini dan masa depan" ujar Menlu Retno Marsudi pada Pertemuan Tingkat Menteri Global Counter-terrorism Forum Ke-12 di New York, Rabu 21 September 2022 waktu setempat.
Menlu Retno tekankan perlunya pengelolaan ancaman terorisme yang lebih baik, melibatkan pemerintah dan masyarakat melalui pendekatan 'Whole Society'.
Mantan Dubes RI untu Belanda itu sampaikan tiga saran prioritas bagi GCTF di masa depan.
Pertama, penguatan kerja sama dengan para ahli bidang teknologi, guna memperkuat upaya pencegahan penggunaan teknologi informasi untuk aksi terorisme.
Kedua, penguatan upaya memutus rantai pendanaan terorisme, termasuk merespon berbagai tren baru seperti penggunaan mata uang virtual. Diperlukan kerja sama antar Financial Intelligence Units (FIUs) dengan sektor perbankan dan institusi keuangan lainnya.
Ketiga, penguatan peran perempuan dalam merespon ekstremisme dan menanggulangi terorisme.
GCTF merupakan forum yang fokus pada pengembangan kapasitas dan jejaring dalam penanggulangan terorisme serta memberikan wadah untuk berbagi pengalaman, strategi, dan pengembangan kapasitas, serta best practices dalam penanggulangan terorisme. Indonesia merupakan satu dari 30 negara pendiri GCTF. GCTF dibentuk pada tahun 2011.
Menlu Retno hadir dalam kapasitasnya sebagai Co-Chair Countering Violent Extremism
(CVE) Working Group (WG), yang telah dijabat Indonesia sejak tahun 2017 bersama Australia.
Indonesia dan Australia baru saja meluncurkan toolkit terkait pendekatan sensitif gender dalam menanggulangi ekstremisme.
Pertemuan GCTF tingkat Menteri Ke-12 diselenggarakan di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB dan bertujuan untuk merumuskan prioritas dan aktivitas GCTF ke depan.
"Ancaman terorisme terus menguat dan merambah ke dunia maya. Kita perlu mengatur ulang strategi penanggulangan terorisme untuk atasi ancaman saat ini dan masa depan" ujar Menlu Retno Marsudi pada Pertemuan Tingkat Menteri Global Counter-terrorism Forum Ke-12 di New York, Rabu 21 September 2022 waktu setempat.
Menlu Retno tekankan perlunya pengelolaan ancaman terorisme yang lebih baik, melibatkan pemerintah dan masyarakat melalui pendekatan 'Whole Society'.
Mantan Dubes RI untu Belanda itu sampaikan tiga saran prioritas bagi GCTF di masa depan.
Pertama, penguatan kerja sama dengan para ahli bidang teknologi, guna memperkuat upaya pencegahan penggunaan teknologi informasi untuk aksi terorisme.
Kedua, penguatan upaya memutus rantai pendanaan terorisme, termasuk merespon berbagai tren baru seperti penggunaan mata uang virtual. Diperlukan kerja sama antar Financial Intelligence Units (FIUs) dengan sektor perbankan dan institusi keuangan lainnya.
Ketiga, penguatan peran perempuan dalam merespon ekstremisme dan menanggulangi terorisme.
GCTF merupakan forum yang fokus pada pengembangan kapasitas dan jejaring dalam penanggulangan terorisme serta memberikan wadah untuk berbagi pengalaman, strategi, dan pengembangan kapasitas, serta best practices dalam penanggulangan terorisme. Indonesia merupakan satu dari 30 negara pendiri GCTF. GCTF dibentuk pada tahun 2011.
Menlu Retno hadir dalam kapasitasnya sebagai Co-Chair Countering Violent Extremism
(CVE) Working Group (WG), yang telah dijabat Indonesia sejak tahun 2017 bersama Australia.
Indonesia dan Australia baru saja meluncurkan toolkit terkait pendekatan sensitif gender dalam menanggulangi ekstremisme.
Pertemuan GCTF tingkat Menteri Ke-12 diselenggarakan di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB dan bertujuan untuk merumuskan prioritas dan aktivitas GCTF ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News