Paus Fransiskus berbicara di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 6 Januari 2023. (Alberto PIZZOLI / AFP)
Paus Fransiskus berbicara di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 6 Januari 2023. (Alberto PIZZOLI / AFP)

Fransiskus Singgung Kekacauan di Brasil dalam Pidato Tahun Baru

Willy Haryono • 10 Januari 2023 10:37
Vatikan: Paus Fransiskus mengkritik "melemahnya demokrasi" di benua Amerika, salah satunya terlihat dari peristiwa penyerbuan kelompok massa ke gedung-gedung pemerintahan di Brasil. Kritik ini disampaikannya dalam pidato Tahun Baru di hadapan para duta besar.
 
"Di banyak daerah, tanda melemahnya demokrasi adalah meningkatnya polarisasi politik dan sosial, yang tidak membantu menyelesaikan masalah mendesak warga," kata Fransiskus dalam pidatonya di Vatikan, mengutip dari laman Buenos Aires Times, Senin, 9 Januari 2023.
 
Pria asal Argentina itu mengutip "sejumlah negara di Amerika di mana krisis politik sarat dengan ketegangan dan kekerasan yang hanya memperburuk konflik sosial."

"Saya sedang memikirkan (situasi dalam) beberapa jam terakhir ini di Brasil," ucap Fransiskus, dalam sebuah pernyataan yang tidak ada dalam teks pidatonya.
 
Selain Brasil, ia juga mengutip Peru, di mana protes nasional anti-pemerinta telah menewaskan puluhan orang sejak tahun lalu. Situasi mengkhawatirkan di Haiti, di mana kekerasan geng kriminal marak terjadi, juga turut disinggung sang paus.
 
Hari Minggu lalu di Brasília, pendukung mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro menyerbu gedung Kongres, Istana Kepresidenan dan Mahkamah Agung. Massa pendukung Bolsonaro datang karena tak terima atas kemenangan Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilu Brasil tahun lalu.
 
Peristiwa penyerbuan itu disebut-sebut mirip dengan yang pernah terjadi di gedung Capitol Amerika Serikat pada 2021.
 
Baca:  Pendukungnya Serbu Kongres Brasil, Bolsonaro Dirawat di Rumah Sakit AS
 
Sementara itu dalam pidatonya, Fransiskus juga menyerukan diakhirinya hukuman mati di seluruh dunia.
 
"Hak untuk hidup terancam di tempat-tempat di mana hukuman mati masih diterapkan, seperti yang terjadi hari ini di Iran, menyusul demonstrasi baru-baru ini yang menuntut penghormatan yang lebih besar terhadap martabat perempuan," kata Fransiskus.
 
“Hukuman mati tidak bisa digunakan untuk keadilan negara, karena tidak memberikan efek jera atau memberikan keadilan kepada korban, tetapi hanya mengobarkan rasa haus akan balas dendam,” katanya.
 
Di Iran, 17 orang telah dijatuhi hukuman mati sehubungan dengan aksi protes berkepanjangan menyusul kematian perempuan bernama Mahsa Amini. Perempuan 22 tahun itu meninggal usai ditahan polisi moral Iran atas tuduhan pelanggaran memakai hijab di ruang publik.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan