Gedung Putih mengatakan resolusi yang diusulkan Aljazair itu dapat "membahayakan" perundingan untuk mengakhiri perang di Gaza antara Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas.
AS sebenarnya juga telah mengusulkan resolusi gencatan senjata sementara, dan memperingatkan Israel untuk tidak menyerang kota Rafah. Namun proposal Aljazair yang juga mengusulkan gencatan senjata pada akhirnya dijatuhi hak veto oleh Washington.
Ada kecaman luas atas keputusan AS yang menghalangi resolusi Aljazair ketika pertempuran Israel-Hamas terus berlanjut di Gaza. Proposal Aljazair didukung 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB, dan Inggris abstain.
Menanggapi veto tersebut, Duta Besar Tiongkok untuk PBB Zhang Jun mengatakan klaim bahwa proposal Aljazair akan mengganggu perundingan diplomatik konflik Gaza "sama sekali tidak dapat dipertahankan."
"Mengingat situasi di lapangan, penghindaran pasif yang terus berlanjut terhadap gencatan senjata tidak ada bedanya dengan memberikan lampu hijau terhadap berlanjutnya pembantaian," tegas Dubes Zhang.
"Meluasnya konflik ini mengganggu stabilitas seluruh kawasan Timur Tengah dan menyebabkan meningkatnya risiko perang yang lebih luas," tambahnya, mengutip dari laman BBC pada Rabu, 21 Februari 2024.
"Hanya dengan memadamkan api perang di Gaza kita dapat mencegah api neraka melanda seluruh wilayah," tutur Dubes Zhang.
Negosiasi Israel-Hamas
Dubes Aljazair di PBB menyayangkan Dewan Keamanan PBB yang sekali lagi gagal dalam bertindak. "Ujilah hati nurani Anda, bagaimana sejarah akan menilai," sebut Dubes Amar Bendjama.Sekutu AS juga mengkritik langkah tersebut. Utusan Prancis untuk PBB Nicolas de Rivière menyatakan penyesalannya bahwa resolusi tersebut tidak diadopsi "mengingat situasi bencana di lapangan."
Linda Thomas-Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB, mengatakan bahwa ini bukan saat yang tepat untuk menyerukan gencatan senjata segera, sementara negosiasi antara Hamas dan Israel masih berlanjut.
Rekannya dari Inggris, Barbara Woodward, mengatakan proposal Aljazair "dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gencatan senjata" karena membahayakan perundingan.
Israel melancarkan operasinya di Gaza menyusul serangan kilat Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 240 lainnya disandera.
Operasi militer Israel telah menyebabkan lebih dari 29.000 orang tewas di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Baca juga: Lagi! AS Veto Resolusi PBB untuk Upayakan Gencatan Senjata di Gaza
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News