Hal ini diungkapkan IFRC dan Pusat Iklim Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (RCRC) terkait dampak dari cuaca ekstrem yang dipicu perubahan iklim di tengah pandemi Covid-19. Mereka mengatakan sebanyak 658,1 juta individu dari kelompok rentan terpapar suhu ekstrem.
IFRC, dalam pernyataannya yang diterima Medcom.id pada Rabu, 6 Oktober 2021, menekankan pentingnya penanganan krisis di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak pada kehidupan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
"Dunia tengah menghadapi krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana perubahan iklim dan Covid-19 mendorong masyarakat sampai ke batas kemampuan mereka," kata Presiden IFRC, Francesco Rocca.
"Menjelang COP26, kami mengimbau para pemimpin dunia mengambil aksi cepat agar tidak hanya mengurangi emisi rumah kaca, tapi menangani dampak di bidang kemanusiaan akibat perubahan iklim," lanjutnya, merujuk pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Glasgow, Skotlandia, pada November mendatang.
Laporan terbaru IFRC disampaikan satu tahun setelah adanya analisis terhadap meningkatnya risiko cuaca ekstrem terhadap masyarakat di tengah krisis pandemi Covid-19. Di Afghanistan, dampak kekeringan dan konflik bersenjata serta pandemi Covid-19 tekah melumpuhkan produksi pangan dan merusak hasil peternakan.
Hal ini berujung pada terjadinya kelaparan dan malnutrisi bagi jutaan warga di sana. Bulan Sabit Merah Afghanistan, kata IFRC, turut memberikan bantuan, seperti bahan pangan dan tunai untuk pembelian makanan, menanam tanaman tahan kekeringan, dan perlindungan ternak.
Sementara itu di Hondurasm ribuan warga kehilangan tempat tinggal akibat badai Eta dan Itoa di tengah pandemi. Para warga terpaksa mengungsi ke tempat pengungsian dengan mengimplementasikan berbagai pembatasan fisik yang menjadi upaya perlindungan dari penyebaran virus korona.
Di Afrika, Kenya merasakan dampak covid-19, banjir, dan kekeringan sekaligus. Lebih dari 2,1 juta warga mengalami kerawanan pangan baik di desa maupun kota.
Karenanya, Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia bukan hanya melakukan respon terhadap krisis yang berlapis, tetapi juga membantu masyarakat untuk bersiaga dan mengantipasi risiko perubahan iklim.
Baca: Palang Merah: Perubahan Iklim Tidak Bisa Diatasi dengan Vaksin
Pandemi Covid-19 membawa dampak berkepanjangan dalam risiko perubahan iklim. IFRC mengimbau pemerintah berkomitmen untuk berinvestasi pada upaya adaptasi di masyarakat.
"Pembiayaan besar untuk pemulihan covid-19 membuktikan pemerintah dapat bertindak cepat dalam menghadapi ancaman global. Kini waktunya mengubah kata menjadi aksi dan memberikan energi sama besarnya untuk menangani krisis perubahan iklim," seru dia.
"Setiap hari kita menyaksikan dampak perubahan iklim akibat ulah manusia. Krisis iklim terjadi di sini, saat ini. Kita harus melakukan aksi," pungkas Rocca.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News