Dalam laporan terbaru itu, WHO menyatakan tengah memantau enam varian covid-19. Satu ditemukan pertama kali di banyak negara, dua di antaranya pertama kali ditemukan di Amerika Serikat, sedangkan tiga lainnya pertama kali ditemukan di Brasil, Filipina, dan Prancis.
"Evolusi virus sudah diperkirakan. Semakin banyak Sars-CoV-2 beredar, semakin banyak peluangnya untuk berkembang," kata laporan WHO dilansir dari AFP, Rabu, 26 Mei 2021.
Organisasi kesehatan dunia itu menegaskan perlu adanya penekanan penularan lewat metode pengendalian penyakit yang terbukti. Ini menjadi aspek penting dalam strategi global untuk mengurangi terjadinya mutasi yang memiliki implikasi negatif pada kesehatan masyarakat.
Laporan tersebut mencermati tingginya tingkat penularan varian B.1.617. Sementara itu, tingkat keparahan penyakit dan risiko infeksi masih diselidiki.
Meski demikian, BioNTech SE mengatakan, vaksin yang mereka buat bersama Pfizer ampuh melawan varian baru dari India. Vaksin ini terbukti ampuh melawan varian Afrika Selatan yang disebut 'terganas' dari mutasi berbahaya lainnya.
Hal ini diperkuat dengan penelitian terbaru para ilmuwan Amerika Serikat, bahwa vaksin Pfizer dan Moderna sangat efektif melawan dua varian virus korona yang pertama kali diidentifikasi di India. Hal tersebut, diklaim setelah para peneliti menggunakan sample darah orang yang sudah divaksinasi.
Baca juga: Vaksin Pfizer-BioNTech Diklaim Efektif Lawan Covid-19 Varian India
“Apa yang kami temukan adalah bahwa antibodi vaksin sedikit lebih lemah terhadap varian baru, tetapi itu tidak cukup bermasalah sehingga kami pikir itu akan lebih berpengaruh pada kemampuan perlindungan vaksin,” kata penulis senior Nathaniel Landau.
Lebih jauh, para peneliti juga memaparkan cara kerja penelitiannya di laboratorium ke partikel pseudovirus yang direkayasa dan mengandung mutasi di wilayah "lonjakan" virus corona. Khususnya, untuk varian B.1.617 atau B.1.618, yang pertama kali ditemukan di India.
Alhasil, campuran itu diekspos ke sel yang tumbuh di laboratorium, untuk melihat berapa banyak yang akan terinfeksi. Partikel pseudovirus yang direkayasa mengandung enzim yang disebut luciferase, dan digunakan kunang-kunang untuk menerangi. Menambahkannya ke pseudovirus memungkinkan untuk mengetahui berapa banyak sel yang terinfeksi, berdasarkan pengukuran cahaya.
Secara keseluruhan, untuk B.1.617 mereka menemukan pengurangan hampir empat kali lipat dalam jumlah antibodi penetral - protein berbentuk Y yang diciptakan sistem kekebalan untuk menghentikan patogen menyerang sel. Untuk B.1.618, pengurangannya sekitar tiga kali lipat.
“Dengan kata lain, beberapa antibodi sekarang tidak bekerja lagi melawan varian, tetapi Anda masih memiliki banyak antibodi yang bekerja melawan varian. Ada cukup banyak yang berhasil sehingga kami percaya bahwa vaksin akan sangat protektif,” kata Landau.
Varian B.1.617 sendiri menjadi satu dari empat mutasi corona yang dianggap berbahaya bagi WHO. Tiga mutasi lainnya yaitu ditemukan pertama kali di Inggris (B.1.1.7), Afrika Selatan (B.1.351), dan Brasil (P.1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News