Selain perempuan dalam jumlah besar, unjuk rasa masif di Minsk juga dihadiri kelompok mahasiswa dan juga pendukung hak-hak Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
Dikutip dari laman India Today, Minggu 6 September 2020, kehadiran kelompok LGBT mengindikasikan semakin meluasnya elemen masyarakat Belarusia yang menginginkan Lukashenko mundur.
"Kelompok LGBT meminta kebebasan. Kami sudah lelah hidup di bawah kediktatoran, karena kami sama sekali tidak dianggap," kata Anna Bredova, salah satu demonstran.
Meski aktivitas LGBT bukan merupakan aksi kriminal di Belarusia sejak 1994, stimatisasi terhadap kelompok tersebut masih relatif kuat. Otoritas Belarusia tidak mengizinkan pendaftaran legalitas organisasi LGBT, dan juga melarang adanya pernikahan sesama jenis.
Menurut catatan organisasi Viasna, sekitar 5.000 perempuan ikut serta dalam demonstrasi terbaru di Minsk. Kepolisian Belarusia mengikuti jalannya unjuk rasa, namun tidak ada satu pun laporan penangkapan seperti dalam beberapa aksi protes sebelumnya.
Gerakan perempuan di Belarusia menjadi lebih sering terjadi usai keluarnya hasil pemilihan umum pada 9 Agustus lalu. Hasil pilpres menyatakan Lukashenko sebagai pemenang dengan raihan 80,1 persen suara.
Kubu oposisi menilai Lukashenko berbuat curang, dan aksi protes masif pun berlangsung. Mereka meminta Lukashenko, yang telah berkuasa di Belarusia sejak 1994, untuk segera mundur dari jabatannya.
Masih di hari yang sama di Minsk, ratusan mahasiswa membentuk rantai manusia dalam memprotes penahanan rekan-rekan mereka oleh otoritas Belarusia. Viasna mengatakan sekitar 20 mahasiswa ditangkap polisi Belarusia dalam sebuah aksi protes mengecam Lukashenko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id