Pria itu, yang diidentifikasi sebagai George Washington de Oliveira Sousa, ditangkap pada Sabtu 24 Desember 2022 atas tuduhan terorisme dan merupakan pendukung presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro.
Penangkapan itu terjadi setelah sopir truk menemukan alat itu Sabtu pagi di ibu kota, tempat Lula akan dilantik pada 1 Januari.
“Meskipun ada upaya untuk mengaktifkan perangkat, itu tidak meledak,” kata Robson Candido, delegasi umum polisi sipil Brasilia, dalam konferensi pers, menurut portal berita G1, seperti dikutip AFP, Senin 26 Desember 2022.
Oliveira Sousa mengaku kepada pihak berwenang bahwa bom itu adalah bagian dari rencana untuk "memulai kekacauan dan "mencegah pembentukan komunisme di Brasil.”
“Gagasan itu dicetuskan oleh pendukung Bolsonaro lainnya yang telah melakukan protes di luar markas tentara di Brasilia,” ujar Sousa.
Menurut Sousa, para pendukung yang lain menyerukan intervensi militer untuk mencegah Lula mengambil alih kekuasaan.
Tujuannya, kata Oliveira Sousa kepada polisi, adalah untuk menempatkan setidaknya dua bahan peledak di lokasi strategis, dengan tujuan untuk memulai "deklarasi keadaan pengepungan di negara itu" dan dari sana "memprovokasi intervensi oleh angkatan bersenjata Brasil”.
Pendukung Bolsonaro memblokir jalan raya dan berdemonstrasi di depan barak tentara di seluruh negeri menyusul kemenangan Lula dalam Pemilihan Presiden 30 Oktober.
Hampir dua bulan kemudian, masih ada kamp di depan beberapa pangkalan militer. Polisi mengatakan, mereka menemukan gudang senjata di apartemen Oliveira Sousa, yang bekerja di bengkel di negara bagian Para di utara.
Ungkap surat kabar Folha de Sao Paulo, Oliveira Sousa mengaku dia terinspirasi untuk memperoleh senjata "dengan kata-kata Presiden Bolsonaro," dan memiliki pasokan senilai sekitar 160.000 real atau sekitar Rp484 juta.
Bolsonaro, pendukung kuat hak senjata, sebelumnya menyatakan bahwa "orang bersenjata tidak akan pernah diperbudak."
Menurut pernyataan, Oliveira Sousa berencana untuk mendistribusikan senjata di antara mereka yang berkemah di depan barak.
Lula, seorang politikus sayap kiri berusia 77 tahun yang telah menjabat sebagai Presiden Brasil dari 2003 hingga 2010, akan mengambil alih kekuasaan untuk ketiga kalinya dengan pelantikan akbar di Brasilia.
Bolsonaro, 67, sementara itu tetap tidak menonjolkan diri sejak kekalahan pemilihannya, dengan penampilan publik yang terbatas.
Pada Malam Natal, dia mengendarai sepeda motornya untuk pertama kalinya sejak kekalahannya dan berbincang dengan para pendukung.
Pada Minggu, dia memposting video di media sosial di mana dia mengucapkan "Selamat Natal" kepada pemirsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News