"Indonesia menilai pentingnya penyelenggaraan KTT ini untuk membahas secara khusus tantangan yang dihadapi bersama oleh negara-negara GNB untuk memerangi covid-19," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam telekonferensi keterangan pers KTT GNB, Selasa dini hari, 6 Mei 2020.
KTT GNB ini diikuti kepala negara 39 anggota GNB, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden SMU Sidang Umum PBB ke-74 Muhammad-Bande, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan Chairperson African Union Commision Moussa Faki Mahamat. Seluruh peserta KTT GNB menekankan pentingnya penguatan kerja sama untuk melawan pandemi.
Retno menyebu negara GNB yang mayoritas anggotanya adalah negara berkembang, paling merasakan dampak covid-19. Organisasi ini diharapkan menjadi wadah perjuangan melawan musuh bersama sesuai semangat awal pendirian GNB.
"Saat ini covid-19 menjadi musuh bersama qoute unquote negara-negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara non-blok," kata Retno
Jumlah kasus dan kematian akibat covid masih terus menunjukkan peningkatan di sebagian negara berkembang, yang hampir seluruhnya merupakan negara anggota GNB. Mulai dari Asia, Afrika, hingga Amerika Tengah, dan Amerika Latin.
Dalam pertemuan tadi, Sekjen PBB menekankan solidaritas dan kerja sama menangani covid-19 dengan tiga prioritas. Yaitu, mengakhiri covid-19, menangani dampak sosial ekonomi, dan tak meninggalkan satu pun negara anggota saat pemulihan.
Sementara, Dirjen WHO menekankan empat hal, yaitu pentingnya multilateralisme, persatuan pada tingkat nasional, solidaritas internasional, dan kesehatan untuk semesta.
"Bandung Declaration selalu disebutkan di hampir semua statement delegasi yang hadir, karena Dasasila Bandung merupakan dasar bagi multilateralisme, kerja sama, dan juga solidaritas," kata Retno.
Dalam pertemuan tadi pemimpin GNB menegaskan kembali pentingnya solidaritas dan kerja sama antarnegara GNB dalam melawan pandemi covid-19. Selain itu, pemimpin GNB menyerukan kemitraan global melawan covid diterjemahkan dalam bentuk kerja sama yang konkret dalam bentuk bantuan pembangunan dan keringanan utang terutama bagi negara berpendapatan rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News