Pertempuran berlangsung antara pasukan pemerintahan Perdana Menteri Fayez al-Sarraj melawan kelompok loyalis Jenderal Khalifa Haftar yang datang dari Libya bagian timur. PM al-Sarraj menuduh Khalifa Haftar berusaha melakukan kudeta di Libya.
PBB sempat menyerukan adanya gencatan senjata selama dua jam agar warga sipil dapat dievakuasi. Namun kedua kubu terus bertempur di pinggiran ibu kota Tripoli.
Dari 21 korban tewas, salah satunya adalah seorang dokter dari organisasi relawan Bulan Sabit Merah. Pasukan Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar mengklaim ada 14 prajuritnya yang tewas dalam baku tembak.
Libya dilanda krisis politik dan keamanan sejak diktator Muammad Gaddafi digulingkan dan dibunuh pada 2011. Sejumlah entitas internasional mulai mengevakuasi para personel mereka seiring memburuknya situasi di Libya.
Sejak Kamis pekan kemarin, LNA telah melancarkan serangan dari berbagai arah menuju Tripoli. PBB mengatakan tim relawan bantuan tidak dapat memasuki area tempat berlangsungnya pertempuran.
Seorang juru bicara PBB mengatakan kepada kantor berita AFP, Minggu 7 April 2019, bahwa mereka "masih berharap ada respons" positif mengenai seruan gencatan senjata.
PM al-Sarraj mengklaim selama ini pemerintahannya "berusaha mengulurkan tangan (ke pihak pemberontak) untuk mencari solusi damai." Mengenai pergerakan pasukan Khalifa Haftar, PM al-Sarraj menegaskan LNA akan disambut dengan "kekuatan" di Tripoli.
Tripoli adalah markas dari pemerintahan resmi Libya yang diakui dunia internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sementara di Libya timur, sebagian besar wilayahnya dikuasai Khalifa Haftar.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah bertemu Haftar beberapa hari lalu. "Saya masih berharap konfrontasi berdarah di dalam dan sekitar Tripoli dapat dihindari," ucap Guterres.
Tahun ini, LNA telah berhasil merebut Libya selatan dan sejumlah ladang minyak di wilayah tersebut.
Baca: Pemberontak Mendekat, PM Libya Bertekad Lindungi Ibu Kota
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News