Akibat serangan tersebut, 13 orang meninggal dunia termasuk mahasiswa dan profesor. Pjabat setempat mengatakan, terjadi ledakan besar yang berasal dari sebuah bom mobil diikuti tembakan. Militan setempat menyerbu kempus tersebut.
Srerangan berakhir setelah dua orang bersenjata ditembak mati pasukan khusus Afghanistan. Petugas mengepung lokasi kejadian.
Seperti dilansir Reuters, Istana presiden Afghanistan menyatakan dua penjaga keamanan dan satu profesor tewas dalam serangan tersebut.
Insiden ini merupakan kali kedua yang melibatkan universitas pada bulan yang sama. Sebelumnya, dua pengajar, masing-masing dari Amerika dan Australia, masih belum ditemukan setelah diculik dengan todongan senjata pada 7 Agustus 2016.
Kelompok militan Islam, Taliban dan Islamic State (ISIS) telah mengklaim serangkaian serangan tembakan dan ledakan yang terjadi di kampus tersebut. Kedua kelompok ekstremis itu berniat menggangu stabilitas negara karena pemerintahan Presiden Ashraf Ghani dianggap mendapat dukungan dari Barat.
Dalam sebuah pernyataan, Ghani menyatakan serangan ini sebagai aksi pengecut untuk menghambat kemajuan di Afghanistan. Serangan tersebut hanya akan memperkuat tekad pemerintah untuk memerangi teror.
Sementara itu, Kepala polisi Kabul Departemen Investigasi Kriminal Fraidoon Obaidi mengatakan, polisi telah mengevakuasi 700 hingga 750 mahasiswa dari universitas. Kampus ini berisi anak-anak elit Afghanistan.
Istana presiden Afghanistan mengatakan temuan awal oleh intelijen menunjukkan bahwa serangan itu direncanakan di negara tetangga Pakistan. Afghanistan sering menuduh militan itu mengatakan berada di Pakistan untuk serangan di wilayahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News