Pernyatan tersebut disampaikan dalam wawancaranya bersama stasiun televisi CBS dalam program '60 Minutes'.
"Mereka menginginkan sebuah perubahan rezim. Ini sangat jelas," ujar Emir Qatar, seperti dikutip dari laman AFP, Senin 30 Oktober 2017.
"Sejarah mengatakan bahwa mereka juga mencoba melakukan hal tersebut pada 1996 setelah ayah saya menjadi Emir, dan mereka membuatnya terlihat sangat jelas dalam beberapa pekan terakhir," imbuhnya.
Dia menambahkan Arab Cs tidak menyukai Qatar menjadi lebih maju dari mereka. Karenanya mereka kembali melakukan boikot ke negara tersebut.
"Mereka tidak menyukai kemerdekaan kita, bagaimana kita berpikir, visi kita untuk kawasan. Padahal kami ingin warga negara kami mendapat kebebasan berbicara. Namun mereka tidak senang, mereka menganggap hal tersebut sebagai ancaman," sambungnya.
Krisis di Teluk mulai meletus sejak 5 Juni ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Negara ini menjatuhkan sanksi ekonomi karena menuduh Doha mendanai teroris karena terlalu dekat dengan Iran.
Riyadh dan sekutunya menutup perbatasan darat dan laut serta memutuskan jaringan udara dan mengusir warga Qatar dari negara mereka. Doha membantah apa yang dituduhkan Arab cs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News