"Palestina, tidak ada. Bahkan (huruf) P-nya pun tidak ada dalam aksara Arab. Maka perlu dianalisa keberadaannya (negara Palestina)," kata Anat Berko seperti dikutip The Jerussalem Post, Rabu (10/1/2016) lalu.
Pernyataan politikus Partai Likud itu spontan disergah koleganya dari Partai Maretz, Tamar Zanderg. Dia sangat menyayangkan pendapat yang konyol itu dilontarkan kepada masyarakat.
"Apa? Apakah semua orang mendengar ini? Apakah Anda idiot?” gugat Zanderg kepada Berko.
Mendapati protes rekannya, Berko malah semakin bersemangat. Dia lantas mencontohkan secara langsung secara lisan demi menunjukkannya ketiadaan huruf P dalam bahasa Ibrani dan Arab.
"Tidak ada 'P', tidak ada ‘Pah’. Adanya 'Fah’,” jawab Berko.
Adegan perdebatan ini lantas terunggah dalam situs video berbagi. Akibatnya, peristiwa ini semakin heboh di dalam perbincangan media sosial Twitter maupun Facebook.
"That's the sweetest argument I've heard from a member of Netanyahu's coalition in order to justify Apartheid (Itulah ungkapan paling manis dari rezim Netanyahu yang telah membenarkan Apartheid)," cuit salah satu akun @xabueid.
"If Palestine and Palestinians don't exist bc there is no letter P in arabic, then I guess Jews don't exist bc there's no letter J in hebrew? (Jika Pelestina dianggap tidak ada hanya karena tidak adanya huruf 'P' di Bahasa Arab, maka Yahudi pun tidak ada karena huruf 'J'-Jews- tidak tertera dalam Bahasa Hebrew/Ibrani)," tulis akun @Run_Khabibi.
Terlepas dari perbincangan yang kemudian menjadi sorotan menarik di media sosial tersebut, secara linguistik, memang tidak ada huruf 'P' dalam pelafalan Arab. Penulisan Palestina ditulis dalam 'F' menjadi 'Faleesten' atau 'Filistin', sebab, penulisan huruf 'P' dalam tradisi Bahasa Arab justru secara pelafalan akan diucapkan menjadi 'B'.
"So we the Balestinian Beoble will Bersist in obbosing your colonialism and bursue our freedom.
See, we can make it without "Pees" ya bent elhabla," tulis akun Facebook Abir Kopty.
Sejauh ini Palestina masih terus memperjuangkan pengakuan dunia terhadap keberadaannya sebagai negara merdeka. Namun dalam sidang umum PBB pada September 2015, bendera Palestina dikibarkan untuk pertama kalinya di Markas PBB, New York, AS.
Ini merupakan catatan bersejarah yang sangat membesarkan hati bangsa Palestina dan negera-negara pendukung kemerdekaanya, termasuk Indonesia. Pengibaran bendera ini ditentang keras oleh delegasi Israel dan AS dengan alasan hanya aksi seremonial belaka yang tidak membawa kemajuan apa-apa terhadap proses perdamaian atas konflik warga Palestina melawan pendudukan Israel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News