Perintah diumumkan dalam travel warning kedua dari Kementerian Luar Negeri AS untuk semua warga Negeri Paman Sam di Turki. Ini merefleksikan kekhawatiran AS terhadap "meningkatnya ancaman dari grup teroris" di Turki.
Keputusan mengevakuasi keluarga staf konsulat dibuat "berdasarkan informasi keamanan bahwa grup ekstremis terus berupaya menyerang warga AS di Istanbul."
Senin kemarin, AS meminta warganya untuk "mempertimbangkan dengan serius jika hendak pergi ke Turki." Terdapat pula peringatan yang sudah diterapkan sejak lama bagi warga AS yang hendak pergi ke tenggara Turki.
"Turis asing dan AS telah menjadi target organisasi teroris internasional maupun lokal di Turki," demikian tertulis di dua travel warning Kemenlu AS, seperti dilansir AFP, Sabtu (29/10/2016).
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menetapkan status darurat di negaranya usai percobaan keduta pada 15 Juli. Sebelum kudeta, pemerintah Turki sudah berada dalam konflik dengan separatis Kurdi serta kelompok militan Islamic State (ISIS) yang datang dari perbatasan Suriah.
Dalam beberapa bulan terakhir serangan bom melanda sejumlah kota di Turki. Ketegangan diperburuk usaha Erdogan membersihkan pemerintahannya dari Fethullah Gulen, tokoh yang dituduh sebagai dalang di balik kudeta.
Media Turki juga mengobarkan sentimen anti-Amerika, dengan menuduh Washington sengaja melindungi Gulen yang hidup terasing di sana. AS sepakat mempelajari permintaan ekstradisi Gulen ke Turki. Namun AS menegaskan Gulen baru bisa diekstradisi jika terbukti kuat mendukung kudeta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id