Ia mengaku kagum karena Tunisia berhasil menjalankan transisi menuju demokrasi di dunia Arab.
Berbicara di depan para politikus di Tunis, Macron mengomentari mengenai revolusi Tunisia pada 2011, yang merupakan peristiwa pertama dalam Arab Spring. Macron menyebut berakhirnya revolusi dan perjalanan Tunisia menuju demokrasi dapat menjadi pelajaran bagi negara lain di kawasan.
"Anda semua telah berhasil membangun sebuah negara yang baik saat banyak pihak meragukannya," ungkap Macron di gedung parlemen Tunisia, seperti dikutip Asharq al-Awsat.
"Anda telah membuktikan kepada mereka yang menyebut demokrasi tidak dapat berdiri di tengah masyarakat Muslim," lanjut dia.
Macron menyebut tantangan bagi Tunisia saat ini adalah memanfaatkan transisi menuju perkembangan politik, ekonomi dan sosial yang menguntungkan semua kelas masyarakat.
Menggelar pemilihan umum, memerangi korupsi, dan mereformasi pelayanan publik dianggap Macron sebagai tiga poin krusial dalam memperkuat demokrasi di Tunisia.
"Dunia Arab, Maghreb, sepanjang pesisir Mediterania menyaksikan Anda semua di sini. Mereka mengamati kerja keras Anda semua, dan mereka perlu melihat Anda semua sukses," tutur Macron.
Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan di Tunisia, Prancis berencana melipatgandakan investasi sektor privat dalam lima tahun ke depan. "Sejumlah perusahaan sudah mengonfirmasi kesediaan mereka untuk berinvestasi," kata dia.
Investasi langsung Prancis di Tunisia bernilai USD1,39 miliar pada 2016, yang menjadikannya investor kedua terbesar setelah Uni Emirat Arab.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News