Aurora di salah satu pintu masuk area KTT COP21. (foto: Lusi)
Aurora di salah satu pintu masuk area KTT COP21. (foto: Lusi)

'Beruang Raksasa' Mengaum di COP21

11 Desember 2015 19:52
medcom.id, Paris: Sosok putih seberat tiga ton setinggi sekitar tiga meter, sangat menyita perhatian. Suara mengaumnya yang panjang, bukannya membuat 'beruang kutub' berukuran raksasa itu menyeramkan, justru memunculkan rasa iba. 
 
Aurora adalah nama 'beruang kutub' raksasa yang Greenpeace tempatkan di salah satu sudut area KTT UNFCCC COP21, Paris, Perancis, tiga hari terakhir. Sesekali Aurora menggelengkan kepala dan menggerakkan badannya yang tersusun dari kerangka besi, kertas tisu dan kain perca warna putih kumal.
 
Bukan tanpa alasan Greenpeace membawa Aurora dalam forum dunia yang diniatkan untuk mencegah dampak perubahan iklim semaksimal mungkin. Beruang kutub adalah spesies pertama di muka bumi yang terkena dampak mematikan meningkatnya suhu bumi.

"Beruang kutub adalah lambang perlawanan atas perlakuan tak adil manusia kepada alam," jelas Direktur Eksekutif Greenpeace, Kumi Naidoo, Jumat (11/12/2015).
 
Akibat semakin meningkatnya suhu bumi, maka semakin banyak daratan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan yang meleleh. Luas daratan menyusut. Padahal es adalah habitat beruang kutub dan hewan lain yang merupakan mangsa alaminya.
 
Laporan International Union for Conservation Of Nature menyebut populasi beruang kutub saat ini di Kutub Utara hanya berkisar 22 ribu ekor. Jumlah hewan predator yang sangat minim ini merupakan ancaman terhadap keseimbangan alam.
 
Korban lain dari perubahan iklim adalah kelompok masyarakat adat. Akibat penggundulan hutan besar-besaran di berbagai belahan dunia, tempat tinggal dan kebudayaan masyarakat adat banyak yang hilang. 
 
Mereka terpaksa bertahan hidup di pemukiman-pemukiman kumuh di perkotaan. Nasib serupa dialami banyak kelompok masyarakat adat nomaden di gurun-gurun pasir di Asia dan Afrika yang gantungkan nafkah dari berladang serta beternak.
 
"Aurora mencerminkan harapan dunia agar Paris Agreement kelak berpihak kepada keseimbangan alam jangka panjang dan masyarakat yang rentan," tegas Kumi Naidoo. 
 
"Kami mendesak COP21 Paris ini hasilnya positif. Para pemimpin harus mengedepankan tujuan jangka panjang, komitmen tinggi dalam dekarbonisasi jangka panjang dan melindungi masyarakat adat," sambungnya.
 
(Rosalia Arlusi)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(LHE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan