Kendati Tiongkok mengklaim balon tersebut merupakan bagian dari penelitian terkait meteorologi dan tersesat di langit Amerika, petinggi Amerika dan dunia secara luas meyakini balon sebagai mata-mata yang dikirim dan dipantau dari Beijing.
Kecurigaan terhadap aksi spionase Tiongkok semakin mendekati kebenaran usai penembakan tersebut. Balon ‘siluman' Tiongkok tampak seperti bulan di siang hari ini. Kemudian terdeteksi melintasi wilayah Amerika Serikat dan ditembak jatuh sekitar enam mil laut di lepas pantai kawasan Amerika Serikat di Samudra Atlantik.
Otoritas Amerika menduga balon mata-mata Beijing tersebut terbang berhari-hari melakukan perjalanan melintasi berbagai negara, dengan tujuan akhir Amerika Serikat. Hal itu sebagaimana dilaporkan sejumlah negara di Amerika Latin.
Di antaranya Kolombia. Negara ini langsung memulai penyelidikan terhadap objek mirip balon, yang terdeteksi di atas 55 ribu kaki di sektor utara negara tersebut. Pula penerbangan sipil Kosta Rika. Negara ini mengonfirmasi juga melihat balon besar terbang di atas ibu kota, San Jose.
Menanggapi hal ini, pusat kajian kebijakan dalam dan luar negeri Indonesia atau Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS), mengimbau agar negara-negara dunia khususnya Indonesia untuk merespons serius permasalahan balon mata-mata Tiongkok. CENTRIS menegaskan balon spionase Tiongkok telah mengancam kedaulatan negara.
Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa menilai temuan balon mata-mata Beijing, membuktikan kebenaran rumor terkait kegiatan spionase ilegal yang dilakukan Tiongkok ke sejumlah negara dunia, khususnya yang dianggap kompetitor oleh Tiongkok.
“Dari informasi yang kami terima, sisa puing-puing balon Tiongkok yang ditembak jatuh oleh pesawat tempur Amerika Serikat, telah ditemukan sensor dan peralatan elektronik yang diduga kuat untuk menguping sinyal elektronik,” kata AB Solissa dalam keterangannya kepada wartawan, Minggu 12 Maret 2023.
Beberapa analis yang menganalisa sisa-sisa reruntuhan balon Beijing, lanjut AB Solissa, menyebut balon Tiongkok dimaksudkan untuk mendeteksi dan mengumpulkan sinyal intelijen sebagai bagian dari program pengawasan udara besar terkait militer.
Beberapa balon semacam itu sebenarnya telah merambah wilayah udara Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.
Setidaknya empat balon Beijing telah terlihat di Hawaii, Florida, Texas, dan Guam di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, dan saat ini balon-balon tersebut baru dapat diidentifikasi sebagai kapal udara pengintai Tiongkok.
Balon dapat dioperasikan pada ketinggian yang sangat tinggi, setinggi 68.000 meter, sehingga lebih sulit dijangkau pesawat dan terdeteksi radar modern.
Pilihan untuk menggunakan balon helium-infused military-grade menawarkan kemampuan manuver yang lebih mudah, memungkinkan operator mengekstraksi data yang akurat, dapat berfungsi dengan baik dalam menghadapi cuaca yang paling keras, dan hemat biaya.
“Kemungkinan Tiongkok mengoperasikan armada balon mata-mata selama bertahun-tahun, di mana balon-balon telah mengekstraksi data dan informasi tentang aset militer di negara dan wilayah yang dianggap strategis, seperti India, Jepang, Taiwan, Vietnam, dan Filipina,” tutur AB Solissa.
Beberapa waktu sebelumnya, diketahui balon senada terlihat melayang tinggi di atas fasilitas Angkatan Laut India. Salah satu balon tertangkap kamera terbang di atas Port Blair di Kepulauan Andaman dan Nikobar Samudra Hindia, yang menjadi rumah bagi fasilitas Angkatan Laut India.
Hal serupa juga terjadi di Jepang, di mana pemerintahan Negeri Matahari Terbit ini membenarkan bahwa balon senada telah memasuki wilayah udaranya setidaknya tiga kali dalam beberapa tahun terakhir.
AB Solissa menegaskan Tiongkok telah mengembangkan teknologi pengawasan balon baru selama bertahun-tahun, dan pesawat pengintai ini, diduga kuat sebagai bagian dari upaya angkatan udara gabungan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), dalam operasi pengintaian.
“Beberapa analis intelijen menyimpulkan bahwa balon-balon tersebut diduga milik kekuatan ke-5 PLA yang misterius, atau “Tentara Stratosfer”," jelas AB Solissa.
Bahayanya, terang AB Solissa, menurut informasi yang beredar luas di media sosial, PLA menggunakan balon-balon tersebut untuk kegiatan intelijen dan pengintaian yang mampu melakukan serangan Electromagnetic Pulse (EMP).
Bukan hanya itu, balon yang sengaja diterbangkan dalam ketinggian tinggi yang melayang di atas pangkalan militer di beberapa negara, diduga menjadi ‘platform pengiriman’ kunci untuk serangan nuklir rahasia.
“Tembak jatuh balon-balon Beijing adalah pilihan tepat untuk mengantisipasi kegiatan spionase ilegal Tiongkok sebelum membawa permasalahan ini ke PBB, demi melindungi kedaulatan sebuah negara," tegas AB Solissa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News