Serangan yang disebut-sebut dilakukan pasukan Suriah itu terjadi usai berakhirnya perjanjian gencatan senjata dan evakuasi dengan pemberontak.
Sejumlah pemberontak serta keluarga masing-masing telah meninggalkan Ghouta Timur di bawah perjanjian yang dimediasi Rusia. Namun masih ada segelintir pemberontak yang menolak mengikuti perjanjian tersebut.
Pemerintah Inggris telah menyerukan agar investigasi dugaan serangan gas beracun di Douma.
"Terdapat laporan yang sangat mengkhawatirkan mengenai dugaan serangan kimia dengan jumlah korban jiwa yang cukup signifikan. Jika dugaan ini terbukti benar, maka membuktikan lebih lanjut mengenai kebrutalan Assad terhadap warga sipil," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris, merujuk pada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Investigasi harus segera dilakukan, dan komunitas internasional perlu merespons hal ini," lanjutnya, seperti dikutip ITV.
Grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights melaporkan sedikitnya 80 orang tewas di Douma pada Sabtu, termasuk 40 yang meninggal dunia akibat kesulitan bernapas.
Organisasi relawan White Helmets juga melaporkan adanya serangan di Douma, dimana sejumlah keluarga dilaporkan kesulitan bernapas di dalam rumah dan tempat perlindungan.
Dugaan serangan gas di Douma terjadi satu tahun usai kejadian serupa terjadi di kota Khan Sheikhoun, Suriah. Serangan tersebut menewaskan puluhan orang.
Serangan di Khan Sheikhoun membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan serangan misil ke sebuah pangkalan udara Suriah. Suriah dan sekutunya, Rusia, membantah terlibat dalam serangan di Khan Sheikhoun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News