Perawatan dengan tembakau, yang sebelumnya hanya diuji coba pada hewan, kini sudah mulai diberikan pada dua pekerja medis Amerika Serikat yang terjangkit Ebola di Liberia. Satu dari mereka, yakni Dokter Kent Brantly, menunjukkan perkembangan positif.
Tembakau diketahui memiliki protein bernama antibodi monoclonal, yang bersifat mengikat pada virus Ebola dan menonaktifkannya. Perusahaan yang membuat monoclonal dari tembakau ini menamakan serumnya dengan "plantibodies," plesetan dari antibodi yang terbuat dari tanaman (plant).
"Tembakau dapat menjadi kendaraan yang baik dalam mengantarkan antibodi karena murah dan dapat banyak diproduksi," ucap Erica Ollmann Saphire, seorang profesor di Institut Riset The Scripss, seperti dilansir Reuters, Rabu (6/8/2014).
"Kami menumbuhkan tembakau dalam rumah kaca, dan Anda dapat membuat berkilogram-kilogram material (monoclonal antibodi)," tambah dia.
Dalam standar modifikasi genetik, DNA dimasukkan ke dalam bakteri, dan bakteri itu memproduksi protein untuk memerangi penyakit.
Sementara dalam metode terbaru bernama "pharming," bakteri itu diganti dengan tanaman. Dalam pengobatan Ebola, perusahaan Mapp Pharmaceuticals menggunakan tembakau, atau Nicotiana benthanmianas.
Proses modifikasinya cukup sederhana. Sebuah gen dimasukkan ke sebuah virus, yang kemudian diinfeksikan pada tanaman tembakau. Virus itu bertindak bak Kuda Trojan, dan membawa DNA yang sudah dimodifikasi ke tanaman.
Sel terinfeksi virus dan gen di dalamnya memproduksi protein yang diharapkan ilmuwan. Daun tembakau kemudian dipanen dan diproses untuk diambil ekstrak proteinnya.
Protein ini adalah antibodi monoclonal, yang menyerupai antibodi penyakit pada umumnya, namun bertindak lebih spesifik pada sel tertentu, termasuk virus Ebola. Monoclonal secara otomatis menempel pada sel virus dan mematikannya.
Wabah Ebola terbaru di tiga negara Afrika Barat, yakni Guinea, Liberia dan Sierra Leone, adalah wabah Ebola terburuk sepanjang sejarah. Korban tewas dari wabah ini telah mencapai 887.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News