Dilansir dari BBC, para pengunjuk rasa menuntut "revolusi baru" dan menentang rencana pemerintah untuk menggelar pemilihan umum bulan depan.
Unjuk rasa terbaru di ibu kota Aljazair ini merupakan salah satu yang terbesar sejak gelombang protes di negara tersebut dimulai pada Februari lalu.
Presiden Abdelaziz Bouteflika telah mengundurkan diri pada April, setelah Aljazair diguncang aksi unjuk rasa selama berpekan-pekan. Namun kepergiannya tidak memuaskan dahaga para pedemo yang sebagian besar berasal dari kalangan pemuda.
Sejak Februari, unjuk rasa di Aljazair telah digelar rutin setiap hari Jumat selama 37 kali berturut-turut.
Tuntutan utama demonstran adalah reformasi menyeluruh di pemerintahan Aljazair. Mereka menuduh para elite politik melakukan praktik korupsi dan juga represi terhadap pengunjuk rasa.
Mengenai rencana pemilu pada Desember mendatang, para pedemo menolaknya dengan alasan proses pemungutan suara tidak akan berlangsung adil dan transparan di bawah rezim pemerintahan saat ini.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Aljazair Salaheddin Dahmoun menyerukan kepada para pengunjuk rasa untuk hadir dalam jumlah besar dalam pemilu bulan depan.
Dahmoun mengatakan pemilu adalah kesempatan bagi seluruh warga Aljazair untuk menekankan kembali prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan yang telah berlaku di negara tersebut selama lima dekade.
Perang kemerdekaan Aljazair melawan Prancis dimulai pada November 1954, dan berakhir di tahun 1962.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id