Penangkapan dilakukan setelah pasukan elite Pantai Gading berunjuk rasa atas gaji mereka dalam beberapa hari terakhir. Protes dilakukan dengan menembakkan senjata api ke udara di kota Adiake.
"Mengenai demo terbaru oleh militer, kami meyakini ada beberapa media yang menyebarkan informasi palsu untuk mendorong prajurit memberontak," ujar pernyataan kantor jaksa publik dalam siaran televisi nasional, seperti dikutip AFP, Minggu (12/2/2017).
Editor dan pemilik surat kabar L'Inter and SoirInfo ditangkap kemudian ditahan di sebuah kamp polisi di Abidjan. Turut ditahan pila editor dan pemilik surat kabar Le Temps dan Notre Voie.
Menurut tim jaksa, para jurnalis akan diinterogasi mengenai "tanggung jawab mereka" atas penyebaran informasi hoax. Mereka semua ditangkap atas dasar kekhawatiran terhadap pertahanan dan keamanan negara.
Pasukan elite di Adiake, sekitar 90 kilometer dari Abidjan, sempat memberontak pada Selasa dan Kamis pekan lalu. Namun mereka "meminta maaf kepada otoritas" tak lama setelahnya.
Sebelumnya, pemberontakan militer berdurasi singkat atas masalah gaji juga pernah terjadi di Pantai Gading pada 5 Januari. Pemberontakan berakhir saat tercapainya kesepakatan dengan 8.500 prajurit. Pemerintah pada saat itu sepakat memberikan USD19 ribu per kepala.
Namun sejak saat itu, sejumlah prajurit lainnya turun ke jalanan untuk meminta bonus serupa.
Tahun lalu, Pantai Gading menyetujui anggaran ambisius untuk memodernisasi militer dengan membeli sejumlah peralatan tempur baru. Namun anggaran EUR1,2 miliar tidak cukup untuk membayarkan gaji setara bagi total prajurit Pantai Gading yang berjumlah 23 ribu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News