Warga di Ghouta berjalan di tengah puing usai akibat pengeboman (Foto: AFP).
Warga di Ghouta berjalan di tengah puing usai akibat pengeboman (Foto: AFP).

Warga Sipil Bertahan sejak Gencatan Senjata di Ghouta

Arpan Rahman • 01 Maret 2018 16:56
Ghouta: Warga sipil di Ghouta Timur Suriah terus menghindari tawaran Rusia agar keluar dari daerah kubu yang terkepung. Di saat pemberontak dan pihak Moskow saling menyalahkan karena kebuntuan kemanusiaan.
 
Serangan udara dan bentrokan yang menewaskan 600 warga sipil dalam 10 hari sudah berkurang sejak Rusia mengumumkan penghentian pengeboman selama lima jam, pada Rabu 28 Februari 2018.
 
Tapi tidak satu pun dari 400.000 penghuni wilayah yang tersisa mau naik bus yang disediakan oleh rezim tersebut, pada Rabu malam 28 Februari 2018.
 
Wartawan AFP tidak melihat gerakan di pos pemeriksaan Wafideen yang akan digunakan untuk mundur dari Ghouta Timur yang terkepung sejak saat 2012.
 
"Koridor kemanusiaan terbuka untuk semua orang yang ingin kembali ke tanah air, tapi sejauh ini tidak ada yang datang dan ini adalah hari kedua," kata seorang perwira militer di pos pemeriksaan tersebut, seperti disitat AFP, Kamis 1 Maret2018.
 
Rezim pendukung Rusia, pada Senin, memerintahkan "jeda kemanusiaan" harian di daerah kantong tersebut. Seraya mengatakan bahwa pihaknya menjamin warga sipil selamat untuk melarikan diri.
 
Langkah itu jatuh lebih dulu dari gencatan senjata penuh yang diputuskan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB). Namun masih disambut di dalam kubu tersebut sebagai peredam salah satu serangan paling berdarah dalam perang tujuh tahun di Suriah.
 
Kendati demikian, PBB berkeras bahwa semua pihak harus menerapkan gencatan senjata 30 hari yang diminta pada Sabtu. Dikatakan bahwa sekitar 40 truk yang dilengkapi dengan bantuan menunggu kekerasan tersebut dihentikan.
 
Jeda kemanusiaan Moskow menggemakan taktik serupa yang dilakukan oleh Rusia dan rezim Suriah saat mereka berusaha memaksa pemberontak keluar dari kota kedua Aleppo dalam pertempuran 2016 yang ganas.
 
Tidak ada korban sama sekali yang dilaporkan saat jendela Rabu ditutup pada pukul 14:00 waktu setempat. Namun pesawat tempur kembali muncul di langit beberapa saat kemudian.
 
"Selama jeda, gencatan senjata hampir berlaku," kata Kepala badan pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) Rami Abdel Rahman. Ia menambahkan, sembilan warga sipil tewas dalam serangan sebelum dan sesudah Rabu.
 
Jeda lima jam pertama pada hari Selasa berlalu dengan dua orang terbunuh dalam pengeboman rezim, menurut monitor perang yang berbasis di Inggris.
 
Observatorium mengatakan pasukan rezim telah membuat kemajuan terbatas di distrik Shaifuniyeh dan Hosh al-Zawahira Ghouta. Kepala badan pemantau berkata, 38 gerilyawan dan sekutu tewas dalam tiga hari pertempuran di daerah Al-Marj di tepi selatan daerah kubu tersebut.
 
Sedikitnya 18 gerilyawan dari Jaish al-Islam, faksi anti-rezim di Ghouta Timur yang dominan, juga terbunuh, kata Abdel Rahman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan