Es di Kutub Utara yang mencair (Foto: AFP).
Es di Kutub Utara yang mencair (Foto: AFP).

Gelombang Panas Arktik Berpotensi Meningkat Tajam

Arpan Rahman • 24 Desember 2016 16:34
medcom.id, Oxford: Suhu di Kutub Utara bisa mencapai 20 derajat lebih tinggi dari rata-rata pada malam Natal ini. Capaian itu disebut para ilmuwan sebagai gelombang panas yang memecahkan rekor.
 
Para ilmuwan iklim mengulas, pola yang tidak sesuai musimnya ini berupa cuaca hangat di wilayah Kutub Utara yang langsung terkait dengan perubahan iklim buatan manusia.
 
Temperatur sepanjang November dan Desember sudah mencapai 5 derajat celcius lebih tinggi dari rata-rata.
 
Menyusul sebuah musim panas meliputi laut es Arktik yang mencapai tingkat terendah kedua yang pernah dicatat oleh satelit.
 
Dr Friederike Otto, peneliti senior di Institut Perubahan Lingkungan (ECI) Oxford berkata kepada BBC News bahwa di masa pra-industri "gelombang panas seperti ini akan menjadi sangat langka -- kita harapkan itu terjadi setiap 1.000 tahun".
 
Dr Otto menambahkan bahwa para ilmuwan "sangat yakin" beberapa pola cuaca terkait dengan perubahan iklim antropogenik.
 
"Kami telah menggunakan beberapa pendekatan pemodelan iklim yang berbeda dan sejumlah pengamatan," katanya.
 
"Dan dalam semua metode kami, kami menemukan hal yang sama; kita tidak bisa memodelkan gelombang panas seperti ini tanpa sinyal antropogenik," sambungnya seperti dilansir BBC, Sabtu (24/12/2016).
 
Suhu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada malam Natal di sekitar Kutub Utara -- mendekati titik-beku.
 
Air hangat dari Atlantik Utara diperkirakan mengalir sampai ke Kutub Utara melalui Spitsbergen, sehingga menimbulkan gumpalan awan yang mencegah panas untuk meloloskan diri.
 
Dan, seperti Dr Otto jelaskan kepada BBC News, penurunan laut es berkontribusi untuk menjadi "umpan balik".
 
"Jika dunia menghangat, maka laut es dan es di darat (menyusut) sehingga air berwarna lebih gelap dan tanah retak," katanya.
 
"Kemudian sinar matahari diserap bukan terpantul seperti biasanya oleh es," imbuhnya.
 
Model peramalan menunjukkan bahwa ada sekitar dua persen kesempatan dari peristiwa gelombang panas yang terjadi setiap tahun.
 
"Tapi kalau suhu meningkat terus berlanjut seperti sekarang," kata Dr Otto. "kita akan mendapati gelombang panas seperti ini terjadi setiap tahun dan itu akan menjadi stres besar pada ekosistem," pungkasnya.
 
Dr Thorsten Markus, kepala Cryospheric Sciences Laboratory NASA, berkata, gelombang panas itu "sangat, sangat tidak biasa".
 
"Hal menakutkan adalah kita melihat sesuatu yang sangat mirip (suhu di Kutub Utara sekitar nol Celcius pada bulan Desember) hampir persis setahun yang lalu," tuturnya pada BBC News.
 
Kondisi pembekuan dan pencairan sudah menyulitkan rusa untuk menemukan makanan -- seperti lumut yang mereka makan ditutupi oleh es yang keras, bukan lembut, salju yang dapat ditembus.
 
Ditanya apakah kondisi pada malam Natal akan mempengaruhi perjalanan Santa yang sangat penting, Dr Mark mengaku yakin bahwa kereta luncurnya akan mengatasi kondisi.
 
Dia menambahkan: "Santa kemungkinan besar berpakaian tebal-tebal, walaupun mungkin di masa depan kita akan melihat dia mengenakan jaket tipis atau plastik."

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan