Nairobi: Pemimpin oposisi terkemuka Kenya, Raila Odinga, telah mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai 'presiden rakyat' dalam sebuah upacara 'pelantikan' yang kontroversial di ibu kota.
Ribuan pendukungnya hadir dalam acara tersebut. Kendati peringatan pemerintah muncul, bahwa hal tersebut terkait dengan pengkhianatan.
Pihak berwenang mematikan stasiun TV untuk mencegah liputan langsung pelantikan.
Presiden Uhuru Kenyatta dilantik untuk masa jabatan kedua, November lalu. Dia memenangkan pemilihan presiden yang diulang kembali pada Oktober. Namun Odinga memboikot pilpres itu.
Pilpres pertama diadakan pada Agustus, namun pengadilan memerintahkan agar diadakan kembali, dengan mengatakan bahwa kemenangan Kenyatta disebabkan oleh kecurangan.
Mendekap sebuah Alkitab di tangan kanannya di sebuah taman di Nairobi, Odinga menyatakan bahwa dia sedang menjawab sebuah panggilan "tertinggi untuk mengambil alih jabatan presiden Republik Kenya".
"Rakyat sudah menderita banyak kecurangan dalam pilpres dan pelantikan tersebut merupakan langkah menuju pembentukan demokrasi yang tepat di negara Afrika Timur," Odinga mengatakan kepada khalayak yang bersorak-sorak, seperti dikutip BBC, Selasa 30 Januari 2018.
Berbicara sebelumnya kepada stasiun penyiaran KTN di Kenya, Odinga mengaku bahwa sumpah pelantikannya bermaksud "menunjukkan kepada dunia bahwa apa yang kita lakukan itu legal, konstitusional, dan bukan sesuatu yang dapat Anda gambarkan dari jarak jauh sebagai sebuah kudeta".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News