Suasana saat Irak memerangi ISIS di Ramadi (Foto:AFP)
Suasana saat Irak memerangi ISIS di Ramadi (Foto:AFP)

Konflik Arab Saudi-Iran, Irak Utamakan Perang Lawan ISIS

Sonya Michaella • 06 Januari 2016 10:05
medcom.id, Ramadi: Pertempuran akhirnya berhenti di Ramadi, kota besar di Provinsi Anbar, Irak. Islamic State (ISIS) telah digulingkan dan bendera Irak berkibar sekali lagi.
 
Namun, Pemerintah Irak mengalahkan ISIS hanya dengan bantuan suku-suku Sunni. Irak menghadapi tantangan yang lebih besar dari ISIS di kota-kota lain, dan dihadapkan dengan konflik sengit antara Arab Saudi dan Iran yang mengancam untuk mengobarkan ketegangan di seluruh wilayah.
 
Irak, yang hampir tidak selamat dalam perang saudara mengatakan, permusuhan antara Arab Saudi dan Iran bisa menggagalkan kerja sama dalam memerangi ISIS.

"Yang pasti, meningkatnya ketegangan Arab Saudi-Iran dapat menciptakan lingkungan yang subur bagi pertumbuhan ISIS," kata juru bicara Perdana Menteri Irak Saad al-Hadithi. 
 
"Semua ini bisa membantu ISIS dalam membangun pasukan pertempuran dan mendapatkan dukungan," imbuh Hadithi.
 
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut bersuara terkait konflik ini. Mereka khawatir ketegangan Arab Saudi-Iran bisa menganggu stabilitas kawasan Timur Tengah.
 
"Saya biasanya mencoba untuk menurunkan ketegangan seperti ini, tetapi ini adalah kemunduran besar," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson, seperti dikutip New York Times, Rabu (6/1/2016).
 
"Ini adalah kombinasi dan konsekuensi geopolitik regional dan fakta bahwa elemen sektarian memainkan peran tersebut. Emosi yang ada begitu tinggi," lanjutnya lagi.
 
Irak, khususnya, menemukan dirinya dalam posisi yang sulit dengan pemerintah pusat untuk selaras dengan Amerika Serikat (AS) dan Iran. 
 
Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, bersikap hati-hati mengutuk eksekusi yang dilakukan oleh Arab Saudi. Tetapi dia tidak menanggapi protes warga Syiah untuk memutus hubungan diplomatik Irak dengan Arab Saudi.
 
Namun, analis politik Irak mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada indikasi bahwa ketegangan regional akan berdampak ke Irak.
 
"Masalah Arab Saudi dan Iran tidak akan mempengaruhi kita. Mari kita membebaskan negara kita dari ISIS," kata seorang pemimpin suku Anbar Rafi al-Issawi yang mendukung operasi pemerintah terhadap ISIS.
 
Arab Saudi melakukan eksekusi mati terhadap ulama Syiah Nimr al-Nimr pekan lalu bersama dengan 46 orang lainnya. Eksekusi ini memicu protes dari Iran yang menyebutnya sebagai sebuah kejahatan.
 
Dalam perkembangannya, Arab Saudi pun memutus hubungan diplomatik dengan Iran, setelah warga Iran menyerang kantor perwakilan Arab Saudi di Negeri Paramullah.  
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan