medcom.id, Brasilia: Diberhentikan sementara dari jabatannya sebagai Presiden Brasil, Dilma Rousseff kembali menunjukkan perlawanan. Dia menginginkan diadakannya pemilu baru.
Mei lalu, anggota Parlemen Brasil sepakat untuk mengadakan sidang pemecatan terhadap Roussef. Hal itu dipicu tuduhan bahwa Rousseff melakukan pelanggaran dalam penyusunan anggaran.
"Jika ada pemilu yang baru, saya akan mendukungnya," ujar Rousseff, seperti dikutip AFP, Rabu (15/6/2016).
"Satu-satunya cara untuk membantah mandat dari presiden adalah, jika rakyat Brasil memilih plebiscite (pemungutan suara rakyat untuk mengubah suatu keputusan penting)," lanjut Rousseff.
Kondisi ekonomi Brasil saat ini dikabarkan dalam resesi mendalam. Banyak dari politikus negara itu tengah diselidiki atas tuduhan korupsi.
Sementara Rousseff mengatakan pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa politikus dan para pemimpin masyarakat, untuk mendorong pakta politik yang bisa menyelamatkan karirnya.
Namun senat akan melakukan pemungutan suara untuk menentukan nasib pemecatan dari Rousseff pada pertengahan Agustus mendatang. Di saat itu, Brasil juga akan menjadi tuan rumah Olimpiade.
Selama proses penyelidikan, posisi Rousseff saat ini digantikan oleh Michel Temer. Namun dalam dua pekan pemerintahan Temer, dua menteri yang ditunjukknya mengundurkan diri atas tuduhan mengganggu penyelidikan kasus korupsi.
Secara terpisah, sebuah komite kongres merekomendasikan untuk memecat Ketua Parlemen Rendah Eduardo Cunha dari jabatannya. Cunha dituduh melakukan pembohongan kepada kongres dalam kasus korupsi.
Cunha selama selama ini merupakan sekutu dari Temer. Dirinya dianggap sebagai arsitek pemecatan terhadap Rousseff.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News