Afrah Shawqi Hammudi diculik pada Senin 26 Desember sekitar pukul 10 malam di permukiman selatan Baghdad.
"Delapan pria bersenjata masuk ke rumahnya di Saidiya dengan memakai pakaian biasa dan berpura-pura berprofesi sebagai petugas keamanan," ucap Ziad al-Ajili, kepala grup Journalistic Freedoms Observatory, seperti dikutip AFP, Selasa (27/12/2016).
"Mereka mengikat anaknya dan menculik beberapa telepon genggam, komputer dan uang tunai, sebelum akhirnya menculik Afrah dan kabur," sambung dia.
Laporan dikonfirmasi seorang sumber di kementerian dalam negeri Irak.
Hammudi, 43, adalah seorang jurnalis Asharq al-Awsat, surat kabar berbahasa Arab yang berbasis di London. Ia juga bekerja untuk beberapa situs berita, termasuk Aklaam.
Pada Senin, dia merilis artikel yang mengkritik sepak terjang sejumlah grup bersenjata di Irak.
Perdana Menteri Haider al-Abadi mengutuk penculikan dan memerintahkan aparat keamanan untuk segera menemukan Hammudi.
Irak adalah salah satu negara berbahaya bagi profesi jurnalis. Menurut data grup Reporters Without Borders, delapan pewarta tewas di Irak sepanjang 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News