"Negara dan benua kita sangat diberkati oleh dedikasi dan pengabdian Moi," kata Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, dikutip dari Sky News, Selasa 4 Februari 2020.
Ia mengatakan Moi telah menghabiskan "hampir separuh kehidupannya untuk mengabdi kepada Kenya dan Afrika."
Moi meninggal di sebuah rumah sakit di Kenya pada Selasa, pukul 05.20 waktu setempat. Anak Moi, Gideon Moi, mengatakan bahwa sang ayah tutup usia dengan dikelilingi keluarga tercinta.
Seorang putra penggembala hewan ternak dan mantan kepala sekolah, Moi memimpin Kenya dari tahun 1978 hingga 2002. Meski berhasil menstabilkan Kenya yang bangkit dari kolonialisme, Moi kesulitan memberantas korupsi dan kemiskinan di negaranya.
Saat menjadi presiden, ia memperkenalkan pluralisme politik di Kenya. Namun di waktu bersamaan, Kenya juga semakin terjerembab ke arah kediktatoran.
Biasa memegang sebuah tongkat gading, Moi menjadi presiden setelah masa kepemimpinan tokoh kemerdekaan Jomo Kenyatta. Saat Jomo Kenyatta menjadi presiden, Moi menjabat sebagai wakilnya.
Sejumlah diplomat mengatakan sebuah percobaan kudeta telah mengubah Moi menjadi seorang otokrat keras. Ia pernah membangun sebuah ruangan penyiksaan di Nairobi bagi siapapun yang berani menentangnya.
Ribuan aktivis, mahasiswa dan akademisi pernah ditahan di penjara bawah tanah di Kenya tanpa ada dakwaan apapun. Beberapa dari penjara bawah tanah itu terkadang terisi air.
Pada 2002, Moi mengejutkan semua orang dengan mengizinkan adanya pemilihan umum yang bebas dan adil. Kala itu, Uhuru Kenyatta yang merupakan anak didik Moi kalah telak dalam pemilu.
Memasuki usia pensiun di tahun tersebut, Moi tinggal di kediaman mewahnya di Rift Valley selama bertahun-tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News