Sejumlah wartawan asing tiba di kamp pendidikan vokasi Uighur di Hotan, daerah otonomi Xinjiang, Sabtu 5 Januari 2019. (Foto: Antara/M. IRFAN ILMIE)
Sejumlah wartawan asing tiba di kamp pendidikan vokasi Uighur di Hotan, daerah otonomi Xinjiang, Sabtu 5 Januari 2019. (Foto: Antara/M. IRFAN ILMIE)

Turki Desak Tiongkok Tutup Kamp Detensi Uighur

Willy Haryono • 10 Februari 2019 09:15
Ankara: Turki mendesak Tiongkok menutup sejumlah kamp detensi setelah muncul laporan seorang musisi ternama dari etnis minoritas Uighur tewas di Xinjiang.
 
Abdurehim Heyit disebut-sebut telah menjalani vonis hukuman penjara selama delapan tahun di Xinjiang, wilayah di mana sekitar satu juta Uighur dilaporkan sedang ditahan di beberapa kamp detensi.
 
Kementerian Luar Negeri Turki menyebut satu juta Uighur "disiksa" Tiongkok di beberapa "kamp konsentrasi." Namun Beijing menyebut tempat semacam itu bukan kamp detensi, melainkan fasilitas re-edukasi.

"Sudah bukan rahasia lagi bahwa lebih dari satu juta Uighur Turks ditangkap secara acak dan juga disiksa serta dicuci otaknya dalam bidang politik di penjara. Mereka yang ditahan berada dalam tekanan tinggi," kata juru bicara Kemenlu Turki Hami Aksoy, seperti dikutip dari laman BBC, Minggu 10 Februari 2019.
 
"Dimunculkannya kembali kamp konsentrasi di abad ke-21 dan kebijakan asimiasi sistematis otoritas Tiongkok terhadap Uighur Turks adalah hal memalukan bagi kemanusiaan," tambah dia. Kamp konsentrasi adalah istilah yang digunakan Nazi di era Perang Dunia.
 
Aksoy menambahkan kabar tewasnya Heyit semakin memperkuat reaksi publik Turki terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Ia menyerukan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres untuk segera bertindak dan "mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan."
 
Negeri Tirai Bambu mengklaim kamp detensi di Xinjiang adalah "pusat edukasi vokasi" yang didesain untuk membantu menghilangkan bibit-bibit terorisme di wilayah tersebut.
 
Berbicara tahun lalu, salah satu petinggi Xinjiang, Shohrat Zakir, mengatakan bahwa "para peserta" di kamp Xinjiang mengaku bersyukur dapat diberi kesempatan untuk "merefleksikan kesalahan mereka."
 
Baca: Tiongkok Respons Tuduhan Penahanan 1 Juta Uighur di Xinjiang
 
Siapa itu Abdurehim Heyit?
 
Heyit adalah musisi pemain Dutar, alat musik petik yang terkenal sulit untuk dikuasai. Dia mempelajari musik di Tiongkook, dan kemudian menggelar sejumlah pentas di berbagai tempat.
 
Penahanan Heyit dilaporkan dipicu sebuah lagu berjudul "Fathers." Lirik lagu tersebut diambil dari sebuah puisi Uighur yang menyerukan generasi muda untuk menghormati pengorbanan para pejuang terdahulu.
 
Namun dua kata dalam lirik tersebut, yakni "Martir Perang," kemungkinan dianggap Tiongkok sebagai sebuah ancaman terorisme.
 
Uighur di Xinjiang berkisar 45 persen dari total populasi. Secara budaya dan etnis, Uighur dekat dengan beberapa negara Asia Pusat, dan bahasa mereka terdengar mirip Turki.
 
Xinjiang adalah wilayah otonom di Tiongkok, sama seperti Tibet di bagian selatan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan