Presiden Uhuru Kenyatta mengunjungi puing bangunan enam lantai yang runtuh di wilauah ibu kota. Sebagian besar korban tewas tertimpa material gedung yang saling menumpuk di tengah hujan deras.
Gedung berusia dua tahun itu, yang menampung lebih dari 150 keluarga, telah ditegur otoritas setempat karena berisiko runtuh. Namun perintah untuk meninggalkan bangunan diabaikan.
"Sejauh ini 12 orang telah terkonfirmasi meninggal dunia," ucap pernyataan resmi pemerintah Kenya, seperti dikutip AFP.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 09.30 siang waktu setempat di tengah cuaca terburuk sejak awal musim penghujan di Kenya pada April. Banjir memicu banjir dan tanah longsor di beberapa daerah di Kenya. Dua gedung di dekat lokasi kejadian dinyatakan tidak aman, dan seluruh penghuninya dievakuasi.
Tujuh orang tewas akibat banjir di Nairobi, termasuk empat yang tertimpa sebuah tembok yang roboh tersapu banjir.
Palang Merah Kenya mengatakan lebih dari 50 orang masih dinyatakan hilang. Namun belum dapat dikonfirmasi apakah mereka semua terjebak reruntuhan bangunan.
Badai di Kenya diperkirakan terus terjadi hingga awal Mei. Palang Merah Kenya mengatakan operasi pencarian akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan.
Petugas penyelamat kesulitan mencari korban karena peralatan berat kesulitan mengakses jalanan sempit di Nairobi.
Satu korban selamat berhasil ditarik dari reruntuhan bangunan, sekitar 10 jam setelah kejadian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News