Lebih dari 250 orang tewas sejak protes di Baghdad meletus pada awal Oktober. Aksi unjuk rasa didorong ketidakpuasan atas kesulitan ekonomi dan maraknya korupsi di jajaran pemerintah.
Dalam pernyataan yang disampaikan Minggu 3 November malam, PM Mahdi menuturkan bahwa protes juga mengguncang sistem politik dan urusan perminyakan, yang tentunya berdampak pada perekonomian negara.
"Aksi protes mengancam sektor perminyakan. Aksi memblokir jalan menuju beberapa pelabuhan juga telah menyebabkan kerugian besar bagi Irak hingga miliaran dolar," katanya, dilansir dari Channel News Asia, Senin, 4 November 2019.
Ribuan pengunjuk rasa telah memblokir semua jalan menuju pelabuhan. Pelabuhan utama Irak, Umm Qasr, dekat kota Basra, biasanya menerima impor biji-bijian, minyak nabati dan gula. Namun operasi di sana terhenti sejak Rabu pekan lalu.
Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa. Namun hal itu tak membuat mereka jera dan unjuk rasa masih berlangsung hingga kini.
Gelombang protes merusak stabilitas di Irak yang terjaga sejak hampir dua tahun terakhir. Terlepas dari kekayaan minyak negara tersebut, banyak rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Banyak dari mereka kesulitan mendapat akses air bersih, listrik, perawatan kesehatan dan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News