Sejumlah aktivis dari berbagai komunitas melakukan penggalangan dana bagi korban bencana ketika pelaksanaan car free day di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (2/4). MI/ ROMMY PUJIANTO.
Sejumlah aktivis dari berbagai komunitas melakukan penggalangan dana bagi korban bencana ketika pelaksanaan car free day di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (2/4). MI/ ROMMY PUJIANTO.

FAO Desak Perubahan Kebijakan untuk Mengatasi Kelaparan di Afrika

Eko Nordiansyah • 14 Juli 2017 05:43
medcom.id, Kenya: Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyerukan semua negara di wilayah Afrika agar melancarkan perubahan radikal kebijakan pertanian ditambah dengan penanaman modal terarah dalam ketahanan iklim guna mengendalikan wabah kerawanan pangan.
 
Utusan FAO di Kenya, Gabriel Rugalema mengatakan, kerangka kerja kebijakan yang kuat, peningkatan dana dan pengesahan teknologi diperlukan guna meningkatkan produksi pangan di Wilayah Tanduk Afrika di tengah kondisi iklim yang keras.
 
"Wilayah Tanduk Afrika menghadapi krisis pangan terburuk dalam sejarah belakanan tapi situasi tersebut dapat diubah jika semua negeri melancarkan inovasi, teknologi dan kebijakan baru guna meningkatkan ketahanan pertanian dan peternakan," kata Rugalema, dilansir dari Antara, Jumat 14 Juli 2017.

Rugalema berbicara di Nairobi, Kenya, selama satu forum guna mengakhiri kelaparan di Tanduk Afrika, yang dihadiri oleh wakil dari pemerintah, lembaga multilateral dan sivitas akademika.
 
Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) di dalam laporan terkininya mengatakan sebanyak 26 juta orang menghadapi kondisi rawan pangan di Wilayah Tanduk Afrika yang lebih luas.
 
"Dampak kematau masih terasa di banyak wilayah Tanduk Afrika. Dua tantangan, urbanisasi dan pertumbuh penduduk secara cepa, juga telah sangat memppengaruhi keamanan pangan dan gizi," jelas Rugalema.
 
Rugalema menambahkan pertanian yang dilandasi atas teknologi yang ditambah oleh penyelarasan rantai nilai utama seperti penyimpanan, distribusi dan pemasaran adaalah kunci guna mengakhiri krisis kelaparan di wilayah tersebut.
 
"Kita harus menanam modal dalam lebih banyak sumber daya dan keahlian dalam bidang kesehatan tanah, penanaman tanaman yang layak, penyimpanan dan akses pasar saat kita menyusun peta jalan baru guna menghapuskan kelaparan dan gizi buruk di wilayah ini," beber Rugalema.
 
Sementara itu, Koordinator Sub-Regional FAO, Patrick Kormawamengatakan, peningkatan produktifitas di sektor pertanian di wilayah tersebut bergantung pada kebijakan yang diperbarui, penanaman modal di bidang pengairan, penelitian dan penyimpanaan yang ditingkatkan.
 
"Pemerintah dan sektor pengusaha juga mesti menanam modal di bidang prasarana guna meningkatkan penambahan nilai dan pemasaran produk pertanian," kata Kormawa.
 
Kormawa menambahkan, itikad politik adalah kunci untuk mempercepat pelaksanaan kesepakatan kontinental yang ditandatangani oleh para pemimpin Afrika pada Juni 2014 guna mengakhiri kelaparan dan gizi buruk sampai 2025.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan