Ankara mengancam serangan di Suriah terhadap milisi Kurdi yang dianggapnya sebagai teroris. Namun AS menarik pasukannya pada Senin dari daerah perbatasan Turki, membuka jalan bagi invasi yang menurut Presiden Recep Tayyip Erdogan bisa datang kapan saja.
“Serangan terbuka akan membalikkan tahun keberhasilan operasi yang dipimpin Kurdi untuk mengalahkan ISIS dan memungkinkan beberapa pemimpinnya yang selamat keluar dari persembunyian,” kata Pasukan Demokrat Suriah (SDF), milisi Kurdi yang mengendalikan sebagian besar timur laut Suriah.
Dengan sedikit pengaruh lain yang tersisa dalam permainan regional, Sam Heller dari lembaga think tank International Crisis Group, mengatakan kepada AFP, SDF memiliki ‘minat’ untuk memperingatkan ancaman ISIS jika konflik terbuka pecah dengan saingan Turki.
"Tetapi kenyataannya adalah bahwa ISIS masih merupakan ancaman, yang tampaknya akan menyebar jika SDF dipaksa untuk mengalihkan perhatian dan sumber daya untuk pertempuran defensif melawan Turki," kata Heller, seperti dikutip AFP, Selasa, 8 Oktober 2019.
Sementara operasi yang dipimpin Kurdi awal tahun ini melihat berakhirnya kekhalifahan teritorial ISIS, organisasi itu tidak mati dan sel-sel tidur telah aktif di daerah-daerah yang dikuasai SDF serta di gurun pasir Suriah yang luas. Saat ini serangan tiba-tiba dari ISIS mereka terus menembus pasukan pemerintah Suriah dengan serangan mematikan dan penyergapan.
Charles Lister, Direktur Middle East Institute yang bermarkas di AS, mengatakan Presiden AS Donald Trump "memberikan ISIS hadiah kelahiran kembali".
Militer AS sendiri telah memperingatkan bahwa, di bawah tekanan internasional yang berkelanjutan, ISIS akan segera memiliki kemampuan untuk berkumpul kembali.
"Pertempuran melawan ISIS belum berakhir," menurut Abdulkarim Omar, pejabat tinggi urusan luar negeri Kurdi.
"Ada ratusan sel tidur di daerah yang baru dibebaskan," katanya.
Sebelumnya media Suriah mengatakan sudah ada serangan di wilayah Hasaka. Namun pihak Turki sendiri mengatakan pihaknya baru saja merampungkan persiapan untuk melakukan invasi ke Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News