Mugabe dikebumikan di halaman rumahnya di Kutama, tepatnya di distrik Zvimba, sekitar 88 kilometer dari ibu kota Harare.
Dilansir dari UPI, Sabtu 28 September 2019, pemakaman privat ini berlangsung setelah pihak keluarga dan Pemerintah Zimbabwe sempat berselisih paham mengenai pemilihan tempat peristirahatan terakhir Mugabe.
Sejumlah menteri menginginkan jenazah Mugabe dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Nasional di Harare. Pemakaman tersebut disiapkan khusus bagi para sosok yang dianggap berjasa bagi negara.
Namun pihak keluarga menginginkan Mugabe dimakamkan dekat makam mendiang ibunya, Bona, di Kutama.
Janda Mugabe, Grace, beserta anak-anaknya mendampingi peti jenazah yang dibungkus kain berwarna hijau, kuning, merah dan hitam yang merupakan warna bendera nasional Zimbabwe.
Sejumlah memorabilia dijual di sebuah tenda di luar pekarangan rumahnya sebelum prosesi pemakaman. Beberapa memorabilia itu termasuk foto Mugabe dan juga kaus bertuliskan "Sang Pembebas" dan "Pembawa Obor."
Ratusan orang menghadiri pemakaman Mugabe di Kutama, namun tidak ada pejabat senior Zimbabwe yang terlihat hadir. Juru bicara Partai ZANU-PF Simon Khaya Moyo menilai pemakaman privat itu sebagai peristiwa yang "sangat disayangkan."
Dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura sejak April, Mugabe dinyatakan meninggal pada 6 September.
Kesehatan Mugabe menurun drastis usai dirinya digulingkan militer Zimbabwe dan mantan kelompok loyalisnya pada 2017. Tergulingnya Mugabe mengakhiri kepemimpinan bertangan besi yang berkontribusi pada merosotnya perekonomian Zimbabwe.
Opini warga Zimbabwe terbagi mengenai bagaimana seharusnya Mugabe dikenang. Ia pernah dikenal sebagai pahlawan pembebasan Zimbabwe, namun juga sering bertindak brutal dalam menghabisi para rivalnya.
Ia sempat dipuji karena berhasil menghapuskan dominasi kulit putih di bekas koloni Inggris di Rhodesia. Namun saat berkuasa, Mugabe menggunakan aksi kekerasan dan rasa takut hingga akhirnya digulingkan.
Transisi Mugabe dari pahlawan menjadi diktator telah berujung pada bencana ekonomi di Zimbabwe, yang kemudian memicu perginya jutaan warga ke negara lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News