Selasa kemarin, Kedubes AS di Baghdad diserang massa terkait serangan udara Washington yang ditujukan kepada sebuah grup milisi. AS mengklaim serangan itu merupakan balasan atas kematian seorang kontraktor pada Jumat 27 Desember.
Dikutip dari BBC, bentrokan berlanjut hingga Rabu. Demonstran melempari batu ke arah Kedubes AS, sementara aparat keamanan menembakkan gas air mata.
Serangan di area kedutaan memicu perang kata-kata antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Namun pada Rabu pagi, Pemerintah Irak mengumumkan bahwa semua pedemo telah mundur dari Kedubes AS di Baghdad.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut serangan di Baghdad merupakan ulah teroris. "Serangan di kedutaan Baghdad digerakkan oleh teroris, salah satunya Abu Mahdi al-Muhandis," ujar Pompeo.
Muhandis diidentifikasi sebagai orang nomor dua dari grup paramiliter al-Shaabi, yang juga meliputi Kataeb Hezbollah.
Merespons kekacauan di area sekitar Kedubes AS di Baghdad, Washington mengaku tengah mengerahkan pasukan tambahan ke wilayah ibu kota Irak. Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengonfirmasi bahwa sekitar 750 personel militer akan dikerahkan ke Baghdad dalam beberapa hari ke depan.
"Pengerahan pasukan tambahan merupakan langkah tepat untuk merespons ancaman terhadap personel dan fasilitas AS, seperti yang kita semua saksikan di Baghdad saat ini," kata Esper.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengancam Iran atas serangan di Baghdad. Trump menegaskan bahwa Iran harus "membayar harga yang sangat mahal" atas segala kerusakan atau jatuhnya korban jiwa.
"Ini bukan peringatan, ini ancaman," ungkap Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News