Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, sedikitnya 60 orang di daerah pemberontak terkepung dan dibiarkan berjuang untuk bernapas pasca-serangan udara dan bom di kota Saqba dan Hammuriyeh.
Dokter di fasilitas medis di Ghouta Timur mengatakan mereka merawat setidaknya 29 pasien dengan tanda-tanda terpapar klorin. Hal ini disampaikan Perhimpunan Medis Amerika-Suriah (SAMS).
Meski demikian, tidak ada laporan korban tewas akibat insiden tersebut.
"Karena serangan klorin di Ghouta Timur, pasien mengalami gejala seperti dyspnea berat, berkeringat, penyumbatan selaput lendir, hidung tersumbat, dan eritema," cuit SAMS di media sosial pada Rabu kemarin, seperti dilansir dari AFP Kamis, 8 Maret 2018.
"Trauma emosional dari serangan ini tidak bisa diukur," ungkap mereka.
Dyspnea merupakan gejala sesak napas, sementara eritema konjungtiva merupakan kemerehan mata yang disebabkan pelebaran pembuluh daraha.
SAMS sendiri adalah badan amal medis yang mendukung rumah sakit di Ghouta Timur dan daerah zona pemberontak lainnya di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News