Ghouta: Sebuah konvoi truk bantuan membawa persediaan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan sedang bersiap memasuki daerah Ghouta yang dikuasai pemberontak.
Sebanyak 46 truk akan menjadi mobil yang pertama mencapai daerah kubu yang terkepung sejak pertengahan Februari. Meskipun digelar gencatan senjata baru-baru ini didukung oleh PBB dan jeda perang harian pendek yang diperintahkan oleh Rusia.
Lebih dari 600 orang terbunuh pada periode itu, banyak di antaranya anak-anak. Empat belas warga sipil tewas dalam serangan udara pemerintah semalam, kata para aktivis.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pejabat pemerintah Suriah sudah mengeluarkan perlengkapan bedah dan peralatan trauma dari truk sebelum mereka meninggalkan gudang.
Presiden Bashar al-Assad mengatakan di televisi pemerintah, pada Minggu 4 Maret, bahwa serangan terhadap 'terorisme' harus dilanjutkan. Ia menolak penilaian mengerikan situasi kemanusiaan di daerah kubu itu sebagai kebohongan yang menggelikan.
Dia katakan mendukung gencatan senjata harian yang disponsori oleh Rusia selama lima jam, guna membiarkan "mayoritas orang di Ghouta Timur" melarikan diri dari wilayah yang berada di bawah kendali "teroris".
Amerika Serikat (AS) telah mengutuk serangan pemerintah tersebut dan mengatakan Rusia, sekutu penting Damaskus, membunuh warga sipil yang tidak berdosa.
Jeda perang harian yang diperintahkan Rusia -- pendukung utama Suriah -- atau perintah gencatan senjata nasional oleh Dewan Keamanan PBB telah mengarahkan bantuan kemanusiaan ke daerah perkubuan. PBB mengatakan bahwa "hukuman kolektif terhadap warga sipil tidak dapat diterima".
"Alih-alih penangguhan hukuman yang sangat dibutuhkan, kami terus melihat lebih banyak pertempuran, lebih banyak kematian, dan laporan lebih mengganggu tentang kelaparan dan rumah sakit yang dibom," koordinator kemanusiaan regional Panos Moumtzis mengatakan, seperti dilansir BBC, Senin 5 Maret 2018.
Sekitar 393.000 orang terjebak di daerah kubu yang terkepung. Sumber-sumber oposisi dan wartawan di lapangan mengatakan bahwa ratusan orang telah melarikan diri dari pemboman Beit Sawa, sebelah selatan Douma dan di ujung timur pusat Ghouta yang padat penduduknya. Daerah itu adalah wilayah pertanian seukuran Manchester di Inggris.
Sejumlah warga, banyak di antaranya wanita dan anak-anak, dilaporkan mengungsi ke pusat daerah kubu demi mencari perlindungan. Pertarungan telah meningkat di Beit Sawa antara pasukan pemerintah dan faksi Islamis Jaysh al-Islam.
Ghouta Timur didominasi oleh Jaysh al-Islam. Tapi Hayat Tahrir al-Sham, sebuah aliansi jihad yang dipimpin oleh mantan afiliasi al-Qaeda di Suriah, juga hadir di sana.
Pemantau Observatorium Suriah mengatakan pasukan rezim berjarak 3 km dari Douma. Militer sudah dituduh menargetkan warga sipil, namun mengatakan bahwa mereka berusaha membebaskan wilayah tersebut, salah satu benteng pemberontak terakhir dari -- yang mereka sebut -- teroris.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Theresa May setuju dalam hubungan telepon Ahad bahwa Suriah dan pendukung Rusia bertanggung jawab atas "penderitaan kemanusiaan yang menghancurkan hati".
Para pemimpin sepakat bahwa Rusia harus bertindak sekarang demi meyakinkan pemerintah Suriah agar menghentikan pengeboman.
Sebanyak 46 truk akan menjadi mobil yang pertama mencapai daerah kubu yang terkepung sejak pertengahan Februari. Meskipun digelar gencatan senjata baru-baru ini didukung oleh PBB dan jeda perang harian pendek yang diperintahkan oleh Rusia.
Lebih dari 600 orang terbunuh pada periode itu, banyak di antaranya anak-anak. Empat belas warga sipil tewas dalam serangan udara pemerintah semalam, kata para aktivis.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa pejabat pemerintah Suriah sudah mengeluarkan perlengkapan bedah dan peralatan trauma dari truk sebelum mereka meninggalkan gudang.
Presiden Bashar al-Assad mengatakan di televisi pemerintah, pada Minggu 4 Maret, bahwa serangan terhadap 'terorisme' harus dilanjutkan. Ia menolak penilaian mengerikan situasi kemanusiaan di daerah kubu itu sebagai kebohongan yang menggelikan.
Dia katakan mendukung gencatan senjata harian yang disponsori oleh Rusia selama lima jam, guna membiarkan "mayoritas orang di Ghouta Timur" melarikan diri dari wilayah yang berada di bawah kendali "teroris".
Amerika Serikat (AS) telah mengutuk serangan pemerintah tersebut dan mengatakan Rusia, sekutu penting Damaskus, membunuh warga sipil yang tidak berdosa.
Jeda perang harian yang diperintahkan Rusia -- pendukung utama Suriah -- atau perintah gencatan senjata nasional oleh Dewan Keamanan PBB telah mengarahkan bantuan kemanusiaan ke daerah perkubuan. PBB mengatakan bahwa "hukuman kolektif terhadap warga sipil tidak dapat diterima".
"Alih-alih penangguhan hukuman yang sangat dibutuhkan, kami terus melihat lebih banyak pertempuran, lebih banyak kematian, dan laporan lebih mengganggu tentang kelaparan dan rumah sakit yang dibom," koordinator kemanusiaan regional Panos Moumtzis mengatakan, seperti dilansir BBC, Senin 5 Maret 2018.
Sekitar 393.000 orang terjebak di daerah kubu yang terkepung. Sumber-sumber oposisi dan wartawan di lapangan mengatakan bahwa ratusan orang telah melarikan diri dari pemboman Beit Sawa, sebelah selatan Douma dan di ujung timur pusat Ghouta yang padat penduduknya. Daerah itu adalah wilayah pertanian seukuran Manchester di Inggris.
Sejumlah warga, banyak di antaranya wanita dan anak-anak, dilaporkan mengungsi ke pusat daerah kubu demi mencari perlindungan. Pertarungan telah meningkat di Beit Sawa antara pasukan pemerintah dan faksi Islamis Jaysh al-Islam.
Ghouta Timur didominasi oleh Jaysh al-Islam. Tapi Hayat Tahrir al-Sham, sebuah aliansi jihad yang dipimpin oleh mantan afiliasi al-Qaeda di Suriah, juga hadir di sana.
Pemantau Observatorium Suriah mengatakan pasukan rezim berjarak 3 km dari Douma. Militer sudah dituduh menargetkan warga sipil, namun mengatakan bahwa mereka berusaha membebaskan wilayah tersebut, salah satu benteng pemberontak terakhir dari -- yang mereka sebut -- teroris.
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Inggris Theresa May setuju dalam hubungan telepon Ahad bahwa Suriah dan pendukung Rusia bertanggung jawab atas "penderitaan kemanusiaan yang menghancurkan hati".
Para pemimpin sepakat bahwa Rusia harus bertindak sekarang demi meyakinkan pemerintah Suriah agar menghentikan pengeboman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News