"MIKTA harus memberikan kontribusi nyata dalam menjaga perdamaian, keamanan dan stabilitas dunia termasuk melalui Operasi Penjaga Perdamaian PBB," ucap Menlu Retno, seperti keterangan tertulis dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima Metrotvnews.com, Sabtu (26/11/2016)
Menlu Retno juga menegaskan pentingnya operasi penjaga perdamaian PBB selalu menghormati prinsip-prinsip dasar seperti persetujuan pihak yang sedang konflik, tidak memihak, serta penggunaan kekuatan militer yang minimal.
"Pentingnya mengubah pendekatan pasukan penjaga perdamaian PBB, dari reaktif menjadi preventif," lanjutnya.
Mengingat semua Negara MIKTA adalah kontributor aktif kepada pasukan penjaga perdamain PBB, untuk memperkuat kontribusi MIKTA, Menlu Retno menyampaikan perlunya untuk meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam operasi perdamaian PBB.

Ditambahkannya, peran perempuan yang lebih besar akan dapat mengisi kekosongan dalam komunikasi dan meningatkan rasa aman bagi perempuan dan anak-anak di daerah konflik. Selain itu peran perempuan juga akan dapat meningkatkan gender mainstreaming serta kontribusi perempuan dalam pembangunan dan perdamaian.
"Peran pasukan penjaga perdamaian perempuan dapat membantu meningkatkan efektifitas advokasi kepada perempuan dan anak-anak di daerah konflik mengenai pentingnya perdamaian," tutur mantan duta besar RI di Belanda ini.
Lebih lanjut Menlu Retno meyampaikan pentingnya agar kapasitas dan response time pasukan penjaga perdamaian dari Negara MIKTA terus di tingkatkan. Dalam hal ini, Menlu RI menawarkan penggunaan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) di Sentul sebagai center of excellence dalam peningkatan kapasitas pasukan penjaga perdamaian dari MIKTA.
"Kita harus pastikan pasukan penjaga perdamaian dari MIKTA memiliki kemampuan dan perlengkapan yang tinggi," tegasnya lagi.
Menlu Retno juga mendorong agar langkah-langkah terus diambil untuk mencegah adanya pelanggaran termasuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian PBB terhadap masyarakat didaerah konflik. Selain itu Menlu Retno juga mengusulkan penggunaan metode baru seperti pendekatan kepada komunitas lokal dan penggunaan teknologi sebagai elemen penting yang harus dimiliki Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
"Pasukan penjaga perdamaian harus senantiasa memenangkan hati dan pikiran komunitas di daerah konflik, oleh karena pendekatan-pendekatan yang outside the box dan innovative perlu terus dikembangkan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News