"Sebuah serangan menewaskan empat petugas kami. Mereka dibunuh secara keji di Kembong," ujar Menteri Komunikasi Kamerun Issa Tchiroma, seperti dilansir AFP.
Warga Kamerun yang bisa berbicara Bahasa Inggris atau Anglophone berjumlah sekitar 20 persen dari total populasi 23 juta. Namun mereka telah lama menderita di bawah kepemimpinan Presiden Paul Biya, satu dari sejumlah pemimpin negara dengan masa jabatan terpanjang.
Anglophone di Kamerun sejak lama memprotes pemerintah karena mereka merasa diperlakukan berbeda dengan mayoritas warga yang berbahasa Prancis.
Sejak November 2016, kekesalan para Anglophone memicu desakan diberikannya kekuatan otonomi atau pemisahan negara. Namun pemerintah Kamerun meresponsnya dengan operasi militer, termasuk memberlakukan jam malam, penggerebekan dan larangan bepergian.
Sejumlah grup pengawas internasional mengatakan sekitar 20 hingga 40 orang di Kamerun telah tewas dibunuh dalam operasi pemerintah sejak akhir September
Separatis membalas dengan memulai kampanye bersenjata dan membidik polisi serta prajurit Kamerun. Bulan lalu, sepuluh petugas keamanan Kamerun tewas dalam serangan separatis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News