Seperti dilaporkan oleh kantor berita Anadolu Agency, Sabtu 8 Desember 2018, Erdogan menilai demonstrasi 'rompi kuning' di Prancis telah memperlihatkan kegagalan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan di Eropa.
"Tembok keamanan dan kesejahteraan yang mereka agung-agungkan mulai runtuh. Bukan oleh imigran atau Muslim, tapi oleh warga mereka sendiri," tutur Erdogan, merujuk pada masyarakat Eropa secara umum.
Sang presiden juga menyinggung mengenai tuduhan sejumlah negara Eropa, yang menyebut polisi Turki sering menggunakan aksi kekerasan. Erdogan menegaskan aparat keamanan di negaranya menegakkan hukum secara manusiawi.
Erdogan menyerukan kepada semua orang di dunia untuk memerhatikan bagaimana cara polisi Prancis dalam mengatasi ribuan demonstran. Ia menekankan bahwa Ankara menentang aksi kekerasan yang dilakukan pengunjuk rasa, tapi juga mengecam metode aparat dalam menangani kerusuhan.
Baca: Trump Sebut Perjanjian Iklim Paris Penyebab Demo Prancis
Pernyataan Erdogan muncul saat unjuk rasa bergulir untuk pekan keempat di seantero Prancis, terutama di Paris. Tidak hanya menentang rencana penaikan pajak BBM, para pedemo juga mengecam secara umum pemerintahan Presiden Emmanuel Macron.
Dalam bentrokan terbaru di Prancis, polisi dilaporkan telah menangkap total hampir 1.400 orang.
Demonstran memperluas keluhan mereka, termasuk mengenai tingginya harga kebutuhan hidup serta reformasi ekonomi ala Macron yang dinilai hanya menguntungkan dunia bisnis, bukan masyarakat menengah ke bawah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News