Namun kedua negara itu tidak merespons sebuah keputusan Kementerian Luar Negeri AS agar mengurangi tekanan terhadap negara Teluk tersebut.
Krisis di kawasan Timur Tengah dimulai ketika empat negara memutus hubungan diplomatik dan menutup semua perbatasan darat, laut, dan udara dengan Qatar.
Rex Tillerson mengatakan blokade menyebabkan konsekuensi kemanusiaan dan bisnis yang tidak diinginkan serta "menghambat aktivitas militer AS di kawasan ini dan kampanye melawan ISIS."
"Maaf, tapi kami akan terus memberikan segala macam dukungan kepada Qatar," kata Menlu AS, seperti disitir Newburgh Gazette, Kamis 15 Juni 2017.
Sikap yang benar-benar berbeda -- menggemakan kekacauan diplomatik -- terlihat awal pekan ini ketika Trump memotong garis kebijakan yang dibuat oleh Tillerson dan duta besar AS untuk Qatar.
Nada dan pendekatan Presiden Trump melemahkan Menlu Tillerson, yang baru satu jam sebelumnya menyampaikan seruan yang lebih bernuansa meredakan suasana.
Trump juga mengulangi tuduhan yang dibuat oleh Riyadh dan Abu Dhabi tentang dugaan pendanaan terorisme oleh Doha melalui serangkaian cuitan.
Seorang pejabat pemerintah senior, yang berbicara setelah komentar Trump, mengakui adanya perbedaan dalam "nadanya" dengan Tillerson.
Presiden Trump berbicara pada Jumat pekan lalu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan menekankan pentingnya menjaga persatuan di antara negara-negara Arab, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Qatar adalah markas bagi pangkalan udara Amerika terbesar di Timur Tengah, dengan sekitar 10.000 tentara. Blokade tersebut menghambat tindakan militer AS di kawasan dan kampanye melawan ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News