"Kekhawatiran utama adalah, kita semua telah melihat potensi kebangkitan ISIS. Tidak hanya di Suriah bagian selatan dan timur, tapi juga di Irak barat," ujar Abdullah dalam wawancara bersama saluran televisi France 24.
"Kita harus menangani kemunculan kembali ISIS," lanjutnya, dikutip dari AFP, Senin 13 Januari 2020. Wawancara digelar menjelang acara diskusi di Brussels, Strasbourg dan Paris pekan ini.
Ia menyebut banyak militan asing ISIS, yang awalnya berada di Suriah, kini telah pindah ke Libya.
"Dari perspektif warga Eropa, karena Libya berada cukup dekat dengan benua Eropa, maka acara diskusi beberapa hari mendatang akan menjadi sangat penting," tutur Abdullah.
Menurutnya, banyak militan ISIS yang meninggalkan provinsi Idlib di Suriah dan melewati perbatasan utara untuk memasuki Libya. Ia mengatakan pergerakan itu memang terjadi di Libya, namun otoritas Eropa tetap harus mengambil langkah antisipasi.
Mengenai Libya, Abdullah berpendapat bahwa masuknya pasukan turki ke negara tersebut "hanya akan menciptakan lebih banyak kebingungan." Ia juga khawatir kebingungan itu dapat dimanfaatkan ISIS.
Hari ini, dua kubu bertikai Libya berencana menandatangani perjanjian gencatan senjata di Moskow, Rusia.
Gencatan senjata telah diberlakukan di Libya akhir pekan kemarin, menghentikan pertempuran yang telah berlangsung selama lebih kurang sembilan bulan.
Libya, negara kaya sumber daya minyak di Afrika Utara, telah dilanda konflik berdarah sejak tergulingnya diktator Moamer Kadhafi pada 2011. Konflik yang terjadi setelah itu melibatkan banyak kekuatan asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News