Washington di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump juga semakin menjauhkan diri dari kerja sama multilateral. Hal tersebut 'menyusahkan' negara-negara lain, termasuk negara berkembang, karena AS salah satu negara maju yang ditunggu kepemimpinannya.
Mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menuturkan tiap negara harus merespons situasi saat ini dengan baik. Ketegangan hubungan AS dan Tiongkok dari disikapi hati-hati.
"Ini tantangan besar yang dihadapi banyak negara di Asia, termasuk Indonesia," ujar Marty dalam salah satu sesi di konferensi Global Town Hall yang digelar virtual, Jumat, 20 November 2020.
Baca: Pompeo Sebut Taiwan Bukan Bagian Beijing, Tiongkok Janji Pembalasan
Menurut dia, cara terbaik yakni bersikap netral. Perhitungan akan risiko dari setiap pilihan yang ada juga menjadi alternatif lain dalam menghadapi tantangan ini. Meski demikian, ia menilai negara-negara di Asia Tenggara harus bisa mempromosikan perilaku kredibel.
"Nilai yang mesti dapat dibawa oleh sejumlah negara seperti Indonesia adalah bagaimana caranya dapat membantu menciptakan stabilitas di tengah rivalitas China-AS," kata Marty.
Dia menyebut tiap negara harus menawarkan rekomendasi kebijakan yang pasti. Hal ini perlu dilakukan bukan hanya untuk Tiongkok-AS, tetapi juga dinamika bilateral di kawasan, seperti Tiongkok-India dan Tiongkok-Jepang.
Mantan Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menilai 'perang' AS-Tiongkok berbeda dengan konflik Negeri Paman Sam dengan Uni Soviet di masa lalu. Dia tak menampik pandemi menyebabkan sejumlah tantangan geopolitik bagi dunia. Ketegangan dua kekuatan besar ini diharap cepat mereda.
Konflik Tiongkok dan AS semakin menjadi. Tak hanya perang dagang, pandemi, Taiwan, hingga situasi di Laut China Selatan menjadi masalah. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan Indonesia tetap berada di posisi netral dalam menghadapi konflik dua kekuatan besar tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News