Rusia dan Iran, dua negara sekutu utama rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, sepakat dengan Turki pada Jumat kemarin untuk menggelar "Kongres Dialog Nasional" di Sochi pada 29 dan 30 Januari 2018.
Pemerintah Suriah bersedia hadir dalam dialog. Namun kubu pemberontak menolaknya, dan menganggap dialog di Sochi berpotensi mengaburkan hasil dari negosiasi damai di level Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa.
"Kami menolak penuh usaha Rusia untuk menghindari perkembangan dari Jenewa," ucap pernyataan gabungan kubu pemberontak, seperti dikutip AFP, Senin 25 Desember 2017.
"Kami menyerukan kepada semua pasukan untuk bersatu menghadapi ancaman ini," lanjutnya kepada grup-grup oposisi pemerintah.
Pernyataan gabungan ditandatangani 40 faksi pemberontak, termasuk Ahrar al-sham dan beberapa grup yang didukung Amerika Serikat (AS) seperti Mutasem Brigades.
Beberapa faksi memainkan peran signifikan dalam pemberontakan sejak perang meletus di Suriah pada 2011. Namun grup-grup tidak bersatu dengan kelompok lainnya atau hanya menguasai sedikit wilayah di Suriah.
Mustefa Sejari, tokoh kunci di Mutasem Brigades, mengatakan kepada AFP pada Selasa 26 Desember bahwa pihaknya tidak melihat Rusia sebagai mediator yang tulus.
Isu utama dari adanya solusi politik krisis Suriah adalah Assad. Kubu pemberontak menegaskan segala bentuk solusi harus terlebih dahulu diawali dengan mundurnya Assad sebagai presiden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News