Komentar Jubeir dilontarkan dalam sebuah konferensi pers usai pertemuan dengan sejumlah Menlu Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Sabtu (9/1/2016). Pertemuan digelar untuk mendiskusikan ketegangan dengan Iran setelah adanya penyerangan terhadap gedung Kedutaan Besar di Teheran.
"Kami sedang mengkaji sejumlah langkah tambahan jika (Iran) tetap melanjutkan kebijakannya saat ini," kata Jubeir, tanpa menyebutkan langkah apa yang dimaksud, seperti dilansir Reuters,
Krisis antar Saudi dan Iran, dua negara eksporter minyak dunia, dimulai saat Saudi mengeksekusi 47 orang, termasuk ulama Syiah Nimr al-Nimr pada 2 Januari. Eksekusi memicu protes keras di sejumlah negara yang didominasi Muslim Syiah.
Di Iran, pendemo menyerang Kedubes Saudi. Penyerangan membuat Saudi memutuskan hubungan diplomatik.
"Meningkatnya ketegangan datang dari Iran, bukan Arab Saudi atau GCC. Kami mengevaluasi langkah Iran dan mengambil langkah-langkah untuk menghadapinya," tutur Jubeir.
GCC, yang terdiri dari Saudi, Bahrain, Qaar, Oman, Kuwait dan Uni Emirat Arab, mengutuk serangan terhadap Kedubes Saudi di Teheran.
Iran menuding Saudi adalah negara yang pantas disalahkan atas krisis diplomatik saat ini. Dalam sebuah surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengeluhkan mengenai "provokasi" Saudi terhadap Teheran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News