Erdogan melihat ada ketidakadilan ketika dunia melihat serangan yang juga terjadi di sebuah toko kelontong Yahudi di Paris. Dia mengecam kedatangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam protes solidaritas usai serangan yang terjadi di Paris.
"Bagaimana mungkin seorang yang telah membunuh 2.500 orang di Gaza dan dituduh melakukan terorisme, bisa hadir di Paris dan melambaikan tangan seperti menunjukkan banyak pihak yang menantikan kedatangannya. Berani sekali dia datang," ujar Erdogan, seperti dikutip Reuters, Selasa (13/1/2015).
"Sebaiknya dia mengakui terlebih dulu apa yang telah dilakukannya terhadap perempuan dan anak-anak yang sudah dibunuhnya," lanjut Erdogan.
Selama ini, Erdogan dikenal sebagai sosok yang sangat lantang mengkritik Israel yang menyerang Gaza. Kritikan tetap diutarakannya meskipun memiliki hubungan dengan Israele.
Di bawah Netanyahu, Israel melakukan serangan terhadap Gaza yang dikuasai Gaza. Pada serangan 2014 lalu, lebih dari 2.100 warga Palestina terbunuh dan sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Erdogan tidak turut serta dalam protes Minggu (11/1/2015) di Paris. Tetapi Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu turut berpartisipasi dalam protes itu.
"Kemunafikan Barat sangat jelas. Sebagai seorang Muslim, kami tidak pernah turut serta dalam pembantaian yang dilakukan teroris. Di balik (kemunafikan) ini, ada kebohongan rasis, kebencian dan Islamofobia," tuturnya.
"Tolong diperhatikan, pemerintah (di Prancis) harus bertindak di saat masjid-masjid diserang. Dunia Islam saat ini tengah dipermainkan, kami harus menyadarinya," tegasnya.
Beberapa masjid di Prancis, Jerman dan Swedia dirusak sebelum dan setelah penyerangan di Prancis. Turki melihat ini menunjukkan adanya peningkatan gelombang anti-Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News