Pasukan Amerika Serikat (AS) (Foto: AFP).
Pasukan Amerika Serikat (AS) (Foto: AFP).

Tiga Pelatih Militer AS Ditembak Mati di Yordania

Arpan Rahman • 05 November 2016 11:53
medcom.id, Amman: Tiga pelatih militer Amerika Serikat (AS) ditembak mati di Yordania ketika mobil mereka menerobos pintu gerbang pangkalan militer dan ditembaki oleh pasukan keamanan Yordania. Sumber militer Yordania mengungkapkan kejadian itu pada Jumat 4 November.
 
Insiden itu terjadi di pangkalan udara Pangeran Faisal di selatan Yordania, yang merupakan negara sekutu strategis Amerika Serikat (AS). Dua pelatih tewas seketika dan ajal korban ketiga menyusul kemudian di rumah sakit. Seorang penjaga tentara Yordania juga ditembak dan terluka.
 
"Terjadi baku tembak di pintu masuk ke pangkalan gara-gara kendaraan yang ditumpangi para pelatih masuk pintu gerbang tanpa mengindahkan perintah penjaga agar berhenti," kata sumber militer, seperti dilansir Daily Mail dari Reuters, Jumat (4/11/2016). 
 
"Sebuah penyelidikan kini diadakan untuk mengetahui persis apa yang terjadi," tambahnya. 
 
Sumber keamanan Yordania lain, mengatakan, tidak mungkin mengesampingkan motif politik dalam insiden di sebuah pangkalan udara, di mana puluhan pelatih asal AS bekerja sama dengan tentara Yordania.
 
Sumber ketiga dari pihak Yordania, yang meminta anonimitas, mengatakan pihak berwenang sedang memeriksa beberapa laporan mengenai timbulnya gesekan antara pelatih AS dan tentara Yordania yang mungkin menjadi petunjuk untuk menjelaskan penembakan tersebut. Tapi dia tidak mengungkapkan lebih lanjut.
 
Basis militer di mana insiden itu terjadi berada di jantung wilayah Badui tradisional Yordania, di sana pengaruh Muslim Sunni radikal telah berkembang selama dekade terakhir.
 
Beberapa insiden sepanjang tahun lalu mengguncang kerajaan Arab itu, dipengaruhi pemberontakan, perang saudara, dan militansi Islam, yang telah menyapu Timur Tengah sejak 2011.
 
Pada November 2015, seorang perwira tentara Yordania menembak mati dua kontraktor keamanan pemerintah AS dan seorang asal Afrika Selatan di fasilitas pelatihan polisi yang didanai AS di dekat Amman, sebelum dia sendiri ditembak mati.
 
Insiden itu memalukan pihak berwenang Yordania, yang tidak secara terbuka mengungkapkan motif sang pembunuh. Penembak itu, kemudian dikatakan oleh sumber-sumber keamanan, sudah menjadi simpatisan kelompok militan Islamic State (ISIS) dengan perasaan anti-Barat yang kuat.
 
Insiden mengkhawatirkan
 
"Apa yang mengkhawatirkan adalah jika (penembakan Jumat) ternyata disengaja, maka akan jauh lebih merusak daripada kalau ini bunuh diri atau teror serangan di pangkalan lantaran dilakukan oleh seorang oknum militer Yordania," sumber keamanan lain secara anonim mengatakan kepada Reuters.
 
Para pejabat AS, yang juga berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters, mereka meninjau insiden tersebut dan tidak bisa mengesampingkan kemungkinan serangan yang disengaja. Salah satu sumber mengatakan, ada beberapa orang Amerika di konvoi yang diserang dalam insiden itu.
 
Gedung Putih berkata, pada Jumat, bahwa mereka akan bekerja sama dengan Yordania untuk memastikan keadaan sekitar penembakan.
 
"Kami pasti akan menjalin sebuah kerja sama seperti yang telah AS lakukan dengan Yordania biar dapat menyelidiki sampai ke akarnya apa yang sebenarnya terjadi," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest kepada wartawan saat pengarahan.
 
Banyak warga Yordania menaruh sentimen anti-Amerika yang kuat karena dukungan Washington ke Israel dan intervensi militer di Timur Tengah.
 
Yordania merupakan satu di antara beberapa negara Arab yang telah ambil bagian dalam kampanye udara yang dipimpin AS atas wilayah yang dikuasai militan Islamic State (ISIS) di Suriah. Tapi banyak orang Yordania menentang keterlibatan negara mereka, dan mengatakan itu telah menyebabkan kekerasan mematikan terhadap sesama muslim dan membesarkan ancaman keamanan di dalam Yordania sendiri.
 
Para pejabat khawatir tentang profil radikal Islam yang berkembang di Yordania dan dukungan di daerah-daerah miskin untuk kelompok-kelompok militan.
 
Terlepas dari penembakan fatal yang dilakukan oleh tentara Yordania setahun silam, enam penjaga perbatasan Yordania tewas pada Juni lalu oleh pengebom bunuh diri ISIS yang mengendarai mobil berkecepatan tinggi dari seberang perbatasan Suriah dan menabrak sebuah pos militer yang didanai AS .
 
Yordania menjadi tuan rumah beberapa ratus kontraktor AS dalam program kerja sama militer yang meliputi penempatan jet-jet tempur F-16 milik AS, yang memakai lapangan udara Yordania buat memukul posisi ISIS di negeri tetangga Suriah.
 
Sejak awal konflik Suriah pada 2011, Washington telah menghabiskan jutaan dolar untuk membantu Yordania mendirikan sebuah sistem penjagaan yang rumit, yang dikenal sebagai Program Keamanan Perbatasan demi membendung infiltrasi militan dari Suriah dan Irak.
 
Para pejabat AS mengatakan bahwa bantuan ke Yordania, salah satu militer asing penerima bantuan terbesar dari AS, diperkirakan akan meningkat menjadi USD800 juta pada 2016 dan bertambah banyak lagi di tahun-tahun mendatang.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan