Berdasarkan keputusan dewan menteri, "status darurat telah dideklarasikan mulai hari ini," lapor kantor berita Ethiopian Broadcasting Corporation (EBC).
Pembawa berita tidak menyebutkan hingga kapan status darurat ini berlaku, yang merupakan kali kedua di Ethiopia sejak 2016.
Keputusan status darurat menjadi puncak kekacauan politik di Ethiopia yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Dalam kekacauan tersebut, sejumlah tokoh oposisi dibebaskan dan unjuk rasa anti-pemerintah melanda Oromia, kawasan terbesar di Ethiopia.
"Menimbang bahaya yang dihadapi sistem konstitusi di Ethiopia, kita telah mencapai titik di mana hukum sudah tidak dapat dijalankan seperti biasa," ujar pernyataan yang muncul di EBC.
"Untuk dapat melindungi sistem konstitusional Ethiopia, status darurat diperlukan," sambungnya.
Status darurat terakhir kali diberlakukan di Ethiopia pada Oktober 2016, setelah gelombang unjuk rasa terjadi di Oromia selama berbulan-bulan.
Sebuah dekrit berhasil menanggulangi gelombang protes tersebut, yang telah menewaskan ratusan orang dan membuat puluhan ribu lainnya ditahan. Meski begitu, sentimen anti-pemerintah masih tetap kuat di Oromia.
Sepanjang pekan ini, sejumlah toko di Oromia ditutup dan sekelompok pemuda bersenjatakan batu dan tongkat memblokade beberapa titik di Oromia. Unjuk rasa digelar untuk mendorong pemerintah membebaskan lebih banyak tokoh oposisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News