Dikutip dari laman VOA, sejumlah jalan raya utama yang sempat diblokade demonstran telah dibuka kembali oleh para prajurit Lebanon. Pasukan Keamanan Internal Libya mengatakan 70 demonstran telah ditangkap.
Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri memberikan waktu tiga hari kepada para mitra pemerintah untuk mendukung gerakan reformasi. Jika tidak ada kesepakatan apapun dalam waktu tiga hari, PM Hariri mengaku harus menggunakan solusi lain. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai solusi tersebut.
Dalam sebuah pidato nasional, PM Hariri mengatakan kepada para pedemo bahwa situasi saat ini terjadi karena lawan politiknya selalu menghalang-halangi proposal reformasi.
"Saya telah lari dari ibu kota ke ibu kota sejak empat tahun terakhir, dan merancang rencana untuk meningkatkan pendapatan negara serta memangkas belanja," ujar PM Hariri.
"Tapi saya kesal karena lawan-lawan politik saya selalu saja menghalangi usaha tersebut," lanjut dia.
Jumat kemarin, para demonstran melempari polisi dengan batu dan tomat. Polisi membalas dengan gas air mata dan meriam air.
Massa meminta pemerintahan Lebanon saat ini untuk mundur. Beberapa dari mereka meneriakkan slogan Arab Spring, yakni "rakyat ingin menggulingkan pemerintahan."
Sejumlah bank, sekolah dan pertokoan di Lebanon memilih tutup pada Jumat seiring meluasnya aksi unjuk rasa. Beberapa titik di Beirut dipenuhi ban terbakar, sampah dan juga pecahan kaca.
Intensitas unjuk rasa di Lebanon mulai terasa cukup tinggi saat pemerintah mulai memunculkan wacana menerapkan pajak pada layanan bertukar pesan Whatsapp. Karena memicu kemarahan banyak warga, pemerintah menarik wacana tersebut hanya dalam hitungan jam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News