"Presiden mengatakan bahwa ia akan membicarakan hal ini dengan pihak oposisi serta membawa Staf Umum dan Badan Intelijen untuk berada di bawah kendalinya," ujar salah satu pejabat Turki, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/7/2016).
Komentar Erdogan ini datang setelah pertemuan lima jam dengan Dewan Agung Militer Turki pimpinan Perdana Menteri Turki, Binali Yildrim.
Pada pertemuan tersebut juga diumumkan pemberhentiaan secara tidak hormat sekitar 1.700 personel militer yang terlibat dalam kudeta gagal pada dua pekan lalu.
Usai pertemuan, Erdogan menyetujui keputusan dewan kepada Komandan Angkatan Bersenjata Turki, Hulusi Akar beserta pasukannya, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, untuk tetap memangku jabatannya masing-masing serta merestrukturisasi beberapa posisi jabatan tinggi.
Perubahan tersebut pada aturannya membutuhkan amandemen konstitusi, sehingga Erdogan membutuhkan dukungan dari partai-partai oposisi di parlemen agar putusannya langgeng.
Sementara itu, buntut dari kudeta ini, Pemerintah Turki memerintahkan untuk menutup sejumlah media cetak dan elektronik serta universitas dan sekolah di Turki.
Indonesia pun tak luput dari perintah Turki untuk menutup sejumlah sekolah yang diduga berada di bawah yayasan Fethullah Gulen.
Fethullah Gulen adalah seorang ulama ternama yang dituding Pemerintah Turki sebagai tokoh utama percobaan kudeta. Selama bertahun-tahun, Gulen tinggal mengasingkan diri di Amerika Serikat (AS).
Secara terpisah, Menteri Kehakiman Turki, Bekir Bozdag meminta AS untuk cepat mengekstradisi Gulen. Namun, Gulen telah menyangkal keterlibatannya dalam kudeta tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id