Di tengah dinamika kawasan Timur Tengah yang semakin dinamis seperti saat ini, pertemuan bilateral dengan Mesir kali ini merupakan momentum yang sangat penting.
"Mesir mempunyai posisi yang krusial dan strategis dalam mengawal stabilitas dan perdamaian di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara," kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Desra Percaya, dalam keterangan tertulis KBRI Kairo kepada Medcom.id, Jumat 28 Juni 2019.
Dalam pertemuan, Indonesia sampaikan berbagai perkembangan di Kawasan khususnya pengesahan ASEAN terkait ASEAN Outlook on Indo-Pasifik dan peran ASEAN di Myanmar serta prioritas Indonesia di DK PBB. Selain itu, kedua negara juga membahas perkembangan proses perdamaian di Palestina.
"Saat ini Palestina berada di persimpangan jalan, Indonesia akan terus mendukung solusi dua negara sebagai solusi akhir penyelesaian konflik Palestina-Israel," ujar Desra.
Untuk bilateral, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan investasi. Setidaknya ada enam bidang kerja sama yang disepakati dan segera ditandatangani yaitu Pembentukan Sidang Komisi bersama, Pembentukan Joint Trade Committee, kerja sama perikanan, kesehatan, energi, dan pertahanan.
Hubungan diplomatik antara RI dan Mesir telah terjalin sejak 10 Juni 1947. Mesir merupakan negara Arab pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946. Mesir merupakan salah satu mitra dagang non-tradisional yang penting dan mitra ekspor nomor 26 bagi Indonesia.
Pada tahun 2018, total nilai perdagangan RI-Mesir mencapai USD1,10 Miliar, di mana Indonesia surplus sebesar hampir USD900 ribu. Warga negara Indonesia di Mesir berjumlah 7.991 orang, di mana 6.229 diantaranya adalah mahasiswa dan 463 pekerja sektor informal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News